Update Blog

Btw sekarang saya sudah tidak melanjutkan pengembangan blog ini lagi, kalo ada kesalahan ataupun janji yg tidak dapat saya penuhi, saya minta maaf ya hehe, terima kasih buat kalian

Sunday, April 29, 2018

Behind The Scene of Me #2 (Kala Kereta Eksekutif 2016 Masih Hangat)

Selamat datang semuanya, apa kabar kalian ? semoga baik-baik saja dan segala tugas negara sudah diselesaikan hehehe... Hari ini aku kembali membagikan secuil cerita sebuah trip yang sudah aku jalani. Trip ini menjadi puncak aku menaiki kereta api. Sekaligus pertama kali menaiki kereta kelas eksekutif yang waktu itu lumayan hangat walau sudah tahun 2017 lalu.
Intermezzo : Tempur Dadakan (Bagian 1/2)

Penjelasan alasan diberi bagian-bagian postingan ini diakhir cerita intermezzo ini ok :D

Beberapa bulan terakhir di tahun 2016 menjadi pusat perhatian dalam seputar kereta api karena PT INKA berhasil memproduksi kereta kelas eksekutif yang fresh dan original terutama bagian boogienya saja ikut ditingkatkan. Impresi pertama dengan kereta ini terutama aku sendiri hampir sama dengan orang lain "mirip sama Argo Bromo anggrek" ataupun "kayak kereta2 ekspres gitu"
Kembali lagi, trip ini juga tidak direncanakan beberapa hari sebelumnya, bahkan paginya baru dipertimbangkan secara mendadak siangnya sudah berangkat ke Yogya untuk merasakan kereta api Argo Dwipangga arah Solo. Karena itu juga, uang saku untuk kesana juga sangat mepet buat sekedar makan dan yang sudah pasti membeli tiket tersebut.
Awal kronologinya waktu pagi hari Minggu di Indomaret dekat rumah, aku kepikiran daripada dirumah sekedar menganggur aja, sekali-kali ada kerjaan sedikit minimal jalan-jalan yang tidak begitu jauh. waktu itu bulan Februari atau 2 bulan setelah naik KA Jaka Tingkir yang sudah dijelaskan di seri Behind of scene sebelumnya. intinya dengan polos sekaligus excited aku minta restu ortu dan Alhamdulillah tidak memakan waktu lama diperbolehkan. Apalagi hitung2 latihan survival ke kota orang hehe...
Karena sepeda listrik milikku belum dicas, aku isi hanya 3 jam an saja. selama itu juga aku cari2 referensi untuk tindakan eksekusi nantinya. Masalah disini muncul diawali dari aku mepet menunggu berangkat komuter prameks AC pukul 10 pagi. karena kedadakan tadi hp untuk record footage juga belum disiapkan. aslinya aku pakai hp milik omku seperti hasil video trip KA Jaka Tingkir tersebut, dan setelah tahu isi baterai sangat sedikit. Alhasil pakailah hpku sendiri dengan baterai yang juga terbatas sekali
Aku start di Stasiun Solo Balapan, dan saat menuju loket stasiun kereta tersebut sudah berangkat. Harap-harap dapat yang AC sayang berketerbalikan dengan fakta. Sekaligus disitulah aku pertama kali naik kereta Prameks dengan rangkaian eks KRDI Arjuna Ekspres. Ada KA Kalijaga dengan loko double traksi yang artinya sudah pasti salah satu loko tersebut dikirim dari Semarang untuk menjalani rutinitas perawatan di BY Pengok Yogya. Dibanding dengan single loko, waktu berhentinya di Solo Balapan memakan waktu setengah jam sebelum menuju ke Stasiun Purwosari (Tahun 2017 lalu sudah start dan finish di Solo Balapan).

Selama waktu langsiran itu juga ada KA Krakatau kala masih berdinas dan aku lihat okupansinya lumayan penuh. Loko dinasnya waktu itu CC 203. Terakhir KA Sancaka Pagi arah Yogya masuk di stasiun. Hal unik disini berupa loko dinas KA Sancaka Pagi tak lain CC 201 45 atau si Bader. sampai sekarang definisi jelas buat "Bader" aku belum tahu tapi latar belakang diberi julukan ini sudah tahu. Pertama kali juga bisa menyaksikan lokomotif tersebut secara langsung
Setelah KA Sancaka Pagi tadi berangkat kembali, 45 menit di Stasiun Solo Balapan KRD Prameks siap tempur dengan tujuan kerajaan sebelah alias Yogyakarta. Sepanjang perjalanan didalam kereta lumayan gerah jadinya belum sampai di Yogya sudah keringetan. Masalah klakson suaranya sangat keras apalagi dekat langsung dengan kabin masinis. Sewaktu berbunyi sudah pasti aku selalu kaget dan mengganggu. sejak itu aku kapok buat ngaret" apalagi saat akan menaiki Prameks. Bonus juga 
loko uap di Stasiun Purwosari




untuk perjalanan menuju Yogya aku taruh disini :


Aku pisah menjadi dua part dan sebenarnya part 1 sebagai intermezzo dari trip ini. Rasanya sayang juga membuang sebagian besar footage tersebut aku pisahkan satu part tersendiri. Kemudian baru part utamanya yaitu di part 2 yang juga aku taruh video tersebut di kelanjutan cerita setelah ini.

Berdendang dengan Kereta Eksekutif (Bagian 2/2)

Aku turun di Stasiun Tugu karena sudah pasti aku akan naik KA Argo Dwipangga. Keluar dari stasiun sudah disambut dengan suasana mendung nan padat dengan orang di Kota Yogyakarta. Sembari juga mencari makanan di Malioboro dan waktu itu kios2 di selatan stasiun belum digusur. Kawasan Malioboro seperti yang diprediksikan awal sangat ramai dan konstruksi trotoar didepan mall di Malioboro tersebut sudah jadi (terakhir September 2016 masih digarap)

Sebelum menuju kawasan Malioboro aku pesan tiket dulu, siapa tau saja tiket parsial KA Argo Dwipangga ini malah keduluan sudah habis. Saat pemesanan lumayan banyak antrian termasuk Prameks dan alhamdulillah tiket parsial Argo Dwipangga tersedia. Tak hanya itu, kita juga bisa pilih langsung kursinya. tak perlu waktu lama aku pilih kereta bagian belakang. Selain dapat tiket aku juga dapat bukti pembayaran dengan bentuk kertas yang sama dengan tiket. Aku lupa isi tulisannya apa saja, tapi sudah luntur duluan. Dan kalau tidak salah didapatkan khusus tiket parsial.
Langsung saja jalan-jalan kesana dan akhirnya perutku diisi dengan Soto dengan rasa enak dan juga lumayan murah bagi kawasan wisata (sekitar 10 ribu termasuk es teh). Makin kesini mendungnya menjadi semakin gelap, aku kembali ke Stasiun Tugu sekalian istirahat kaki. Sudah waktu Sholat Ashar juga, aku laksanakan di masjid dalam stasiun dan menunggu sekaligus mengisi kembali baterai hp selama hampir 1 jam.

Datanglah KA Argo Dwipangga. Impian sejak 2014 naik kereta kelas eksekutif sudah terwujud, sekaligus pertama kali berkesempatan naik kereta eksekutif terbaru waktu itu. sampai" sepanjang perjalanan menuju Solo aku speechless dan tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini seperti muter-muter sekitar kereta. Baru masuk ke dalam saja AC dalam kereta langsung terasa cukup dingin. Kebetulan lumayan banyak yang naik kereta ini ketika menuju Solo dan terutama ada rombongan juga. Seri keretanya juga sudah aku foto disini

Seperti yang ada di video saja ada lebih dari 50 penumpang KA Lodaya khusus ke Solo, apalagi dengan kereta ini. Sebagai alternatif ketika KRD Prameks sudah kehabisan kuota penumpang dan yang pasti memaksimalkan profit kereta reguler tersebut. Selain kedua kereta tadi, ada juga Sancaka Pagi/Sore dan Wijaya Kusuma arah Solo.
Masalah harga kebanyakan orang terutama aku sendiri awalnya bisa dikatakan overpriced yaitu Rp 55.000 , tapi ada pengecualian seperti mengejar waktu kala KRD Prameks sudah kehabisan tiket, uangnya memang cukup, atau seperti saya yang sekedar mencoba kereta tersebut. Hal tersebut pada akhirnya bukan menjadi hal yang dipermasalahkan.
Sebagian orang lebih memilih eksekutif lama dalam hal kenyamanan dan fasilitas dasar seperti meja lipat, sandaran kaki dll. Bahas dari kursi, sudah cukup nyaman dan bahkan sampai aku sempat ketiduran beberapa menit. Dalam hal sandaran kaki aku setuju dengan pendapat pengguna lainnya, harus banget kakinya diganjel duluan dan kadang suka bikin berisik plus kaget kala tidak sengaja kakiku keluar dari sandaran kaki. Tersedia juga CCTV masing" dua buah dekat pintu bordes. berbicara pintu bordes, saat digeser beratnya minta ampun. Ada apa masalahnya, jadinya keluar masuk bordes jadi susah pake banget. Kereta kelas ekonomi saja enteng, udah begitu bisa kembali ke posisi tertutup.
Meja makan lumayan kecil, bisa buat taruh netbook ataupun makanan. Masalah peredaman dirasa juga sudah cukup, TV hanya sekedar tampilan gambar, indikator didalam kereta yang alhamdulillah akurat, terakhir toilet yang aku cek bagian yang aku telusur waktu itu kecil dan aku baru sadar toilet satunya lagi ada yang besar. itupun yang aku masuki toilet yang sudah beraroma pesing. wajar juga karena sudah dari Jakarta berjalan.
Berangkat sekitar pukul 15:30, baru sampai Stasiun Lempuyangan sudah tembus 60 km/jam. Sampai aku memakluminya kalau kereta ini ditarik CC 206 jadi sudah menjadi hal yang biasa dan wajar. Sehabis stasiun itu mulailah turun hujan dan ada panorama tersendiri kala itu. Aku semakin menyesal tidak meminjam hp milik omku karena tadi.
Oh iya, aku juga belum cerita kalau di Solo Balapan ada KLB yang lupa serinya, beroperasi dari Purwosari menuju Pasar Senen. kereta tersebut bertemu di Stasiun Klaten. Hal yang membuatnya unik sejak KA Lodaya arah Solo tidak berhenti di Purwosari, kereta ini pertama kali berhenti di Stasiun Purwosari dengan rangkaian campuran kelas eksekutif dan ekonomi setelah sempat diisi ekonomian saja.
 Kereta tadi bertemu dengan Argo Dwipangga di Stasiun Klaten dan yang ditarik bukanlah CC 206 tapi malah CC 201. aku juga belum menjelaskan lebih detail, kereta eksekutif yang dibawa kereta tersebut merupakan rangkaian eksekutif 2016 tapi keluaran terakhir dari yang aku naiki. Andai berjalan permanen menjadi reguler bisa menjadi pertimbangan yang menarik ketika menuju Purwokerto, Cirebon, hingga Jakarta.
Mendungnya ternyata sampai kota Solo dan itupun masih gelap. Tidak banyak yang dijelaskan selebihnya karena aku lebih milih menikmati persawahan apalagi di daerah Delanggu. aku sempet juga ke kereta restorasi makan dan aku juga cek ada mushola. saat menulis aku kepikiran mengapa tidak dibuatkan kereta khusus mushola untuk KA Tawang Jaya dan Kertajaya karena ada 14 buah kereta kelas ekonomi, karena setidaknya tidak hanya duduk dalam kereta sampai tujuan saja.
Sampailah di Kota Solo lagi. seperti yang kita tahu ada announcement dari kereta. Karena sudah mencapai tujuan akhir biasanya dilakukan dua kali, begitu juga saat awal pemberangkatan. Juga bisa tiba sesuai jadwal dan bahkan tepat waktu. Karena aku naik sepeda listrik dan diparkir diluar alhasil kehujanan sebasah-basahnya. untung masih bisa buat pulang dan keadaan masih gerimis. satu tahun setelah trip ini aku cek kembali tiket parsial yang aku simpan, sudah tidak ada tulisan lagi. tersisakan kertas dan juga bekasnya.

Untuk bagian ini, bisa dilihat versi video disini :



Sudah sampai akhir postingan trip incip" kereta eksekutif. sejak saat itu kerabatku mulai naik kereta kelas eksekutif terutama bapakku sendiri hehe... walau secara langsung atau tidak langsung. Bahkan omku saja bisa mendapat kesempatan naik Argo Bromo Anggrek dengan harga tiket 30 ribu lebih murah dari tiket tarif bawah Argo Lawu ataupun Dwipangga. So far tidak banyak yang mengecewakan, semua sudah tercukupi. Tinggal meningkatkan fasilitas yang belum ada atau yang sudah ada tapi mengganggu kenyamanan seperti sandaran kaki dan yang paling parah pintu bordes. Maaf kalau ada ketidakakuratan postingan dari kejadian aslinya. Aku minta feedback/saran di komen bawah tentang postingan ini sebagai perkembangan blog Railfans S35 selanjutnya. Besok part 3 dan 4 sekaligus ada perjalanan dengan Argo Lawu menuju Jakarta dan Agra Mas Double Decker menuju Solo. Part 5 yaitu trip KA Joglokerto Ekspres menuju Yogyakarta. Tinggal ditunggu tanggal mainnya

So Much Thanks and Goodbye...;D

No comments:

Post a Comment

Minta feedbacknya dong, biar blog ini bisa berkembang dan semakin membaik ;D