Update Blog

Btw sekarang saya sudah tidak melanjutkan pengembangan blog ini lagi, kalo ada kesalahan ataupun janji yg tidak dapat saya penuhi, saya minta maaf ya hehe, terima kasih buat kalian

Tuesday, December 25, 2018

Kereta Api Sancaka Pagi dan Sore

Selamat datang semuanya, apa kabar kalian ? Semoga dalam keadaan baik-baik saja dan saatnya aku membahas sebuah kereta lagi. Sekian lama tidak melanjutkan pembahasan kereta semacam ini. Tenang sedulur-sedulur, buat sekarang sudah ada penyegaran yaitu ditambah selingan postingan dari instagramku @spoormania35 yang aku handle juga hingga saat ini. Isinya video momen melintas kereta api dan foto yang berhubungan dengan perkeretaapian, hitung-hitung juga buat arsip foto dan video untuk blog ini. Kalau cinematic video sekarang ini belum sanggup hehehe.....

Kereta Api Sancaka, baik untuk pagi dan sore, adalah kereta kelas campuran dengan rute keberangkatan Yogyakarta-Surabaya dan sebaliknya PP. Awalnya tipe kelas yang dirangkai berupa eksekutif dan bisnis, sekarang "diregenerasi" untuk yang kelas bisnis menjadi ekonomi plus (batch 2016). Lebih detailnya aku jelaskan di beberapa paragraf selanjutnya


Bagiku, kereta ini mempunyai sejarah penting terutama sejarah personalku dengannya. KA Sancaka pernah ditempeli livery batik pada kereta makannya beberapa tahun yang lalu, yang dimana menurutku keren banget.

Kemudian, kalaupun pengen ke Surabaya rasanya kereta ini menjadi salah satu pertimbangan buat tripku selanjutnya. Memang banyak pengennya aku hehehe... But at least, salah satu yang diprioritaskan yaitu kereta ini, Insya Allah. Walaupun secara frekuensi perjalanan menurutku dirasa masih kurang yang padahal termasuk lintas penglaju yang ramai dilalui, lintas "Yogyakarta-Solo-Surabaya"; sekaligus tidak sedinamis bus surabayaan; karena ini kereta yang pengen bisa aku coba lagi bukanlah menjadi sebuah permasalahan



Berbicara pengen mencoba kereta ini lagi, KA Sancaka yang kebetulan untuk pagi (dari Solo menuju Surabaya) menjadi kereta jarak menengah-jauh pertama yang aku tumpangi. Jadi ada kesan tersendiri yang bahkan dibanding sekarang ada perubahan yang signifikan. Dari fasilitas pendingin udara yang sebelumnya masih kipas angin, charger, kursi yang dulu kulitnya berwarna hijau tua sekarang abu-abu terang, livery jadulnya yang mengangenkan walaupun lupa wkwkwk. Tidak hanya itu, jaman itu dimana kalo nyetak tiket berisiknya minta ampun, masih banyak penumpang nongkrong di bagian bordes. Dan masih banyak lagi hehehe...

Oh ya, sebenarnya aku ceritakan saat masih kelas bisnis. Sekarang sudah diganti dengan ekonomi plus batch 2016 yang menurutku kurang direkomendasikan. Oot, walaupun untuk yang sekarang2 ini sudah ada peningkatan kenyamanan kursi, visibilitas luar bersamaan dengan posisi kursi yang berlawanan arah laju kereta membuat sebagian orang menjadi pusing. Bukannya yang sebelumnya juga sama ? Tapi bedanya saling berhadapan buat yang lama. Sebenarnya masalah posisi hadapan kursi model 2016 ke bawah dengan di atasnya kembali ke selera kalian. Buatku demen bagian pertama (eh malah curhat haha...)





Selamat hari raya Idul Adha bagi yang menjalankannya (entah kemarin atau yang sekarang ✌️✌️) ~ KA Sancaka Sore arah Surabaya dengan kualitas "penting direkam"πŸ˜‚. Entah mungkin autofokusnya agak kacau kalo diarahkan ke bagian mengkilap seperti stainless steel ini. fyi sehari sebelum ini, kereta eksekutifnya masih menggunakan yang lama. Jadi setelah itu sudah dipastikan permanenπŸ˜— ~ πŸ“·: Xiaomi Redmi 4X 🏞️: Manahan, Surakarta #kereta #keretaapi #keretaapiindonesia #keretaapikita #kai121 #sancaka #omahsepur #dipolokomotifjatinegara #dipolokomotifmojosari #rail #railway #railways #railfans #railfansindonesia #cc206 #cc20613100 #train #transport #indonesianrailways #indonesianrailway #xiaomi #redmi4x #surakarta #kotasolo #solo #manahan #instatrain #rollingstock
A post shared by spoormania35 (@spoormania35) on

Setelah itu ada sedikit perubahan lagi. Pasca diregenerasinya KA Taksaka, KA Sancaka sering merangkai eksekutif dari kereta tersebut. Beberapa bulan setelahnya kembali lagi seperti sebelumnya, tetapi dibarengi penambahan jumlah unit eksekutif yang dirangkai kereta ini. Bisa saja hasil migrasi dari kereta lain yang sekarang ini juga diregenerasi menjadi "si kaleng" eksekutif batch 2018, seperti pada KA Taksaka tersebut. Jadi yang semula 8 buah kereta (tidak termasuk pembangkit dan kereta makan) menjadi 10 buah, dengan jumlah unit ekonomi plus yang sama yaitu 3 buah saja.

Kedepan, KA Sancaka Pagi dan Sore akan menjadi salah satu kereta yang dapat menikmati lancarnya jalur double track (DT) dari Solo menuju Surabaya. Yang paling diuntungkan juga KA Bangunkarta karena untuk single track hanya dilalui di lintas Semarang-Solo. Kembali lagi, aku berharap bisa dibuat lebih frekuentif menjadi 6/8 perjalanan sehari, dari yang sekarang 4 kali saja. Mengingat banyaknya demand untuk kereta ini dan siapnya jalur DT tersebut untuk menampung kereta lebih bejibun lagi.





KA Sancaka Pagi arah Yogya yang hampir kobong πŸ’¨πŸ’¨. Kali ini keretanya terlihat lebih panjang, dan ternyata kenapa tidak dirangkai dengan eksekutif 2018 karena masih belum resmi. Masih bisa bersyukur karena suatu saat aku mau mencoba ekse lama😁. ~ Terima kasih sedalam-dalamnya, akhirnya teman2 yang mengikuti perkembangan postingan2 transportasi umum dari saya sudah menembus angka 100. Bisa dikatakan 2 tahun sejak postingan pertama baru sekarang bisa merasakannya. Thanks for your support πŸ™πŸ™πŸ™ ~ Spesial juga, akhirnya aku kali ini sudah ganti spot 🀣🀣 ~ πŸš‚: KA Sancaka Pagi πŸ“·: Xiaomi Redmi 4X 🏞️: Gilingan, Surakarta ~ #kereta #keretaapi #keretaapiindonesia #keretaapikita #kai121 #lodaya #lodayapagi #dipolokomotifmojosari #dipolokomotifjatinegara #instatrain #cc201 #cc20613100 #train #transport #rail #railway #railways #rollingstock #omahsepur #railfans #railfansindonesia #indonesianrailways #manahan #surakarta #kotasolo #solo #xiaomi #redmi4x #spoormania35
A post shared by spoormania35 (@spoormania35) on

Terima kasih yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca postingan ini. Silahkan buat kritik atau sarannya di kolom komentar bawah, dan silahkan dibagikan juga ke sosial media kalian jika memang suka. Maaf kalau ada kesalahan dari aku :))

So Much Thanks and Goodbye... ;D





Berlanjut ke KA Sancaka Pagi tujuan Surabaya, ditarik CC 206 13 79. Aku jadi pengen ngetrip (parsial aja) salah satu opsinya kereta ini. Karena penasaran apakah kereta eksekutifnya bertambah karena penumpangnya juga semakin banyak. Tapi belum sekarang πŸ˜‚πŸ˜‚. Btw dapet salam dari masinis, walaupun entah disini kelihatan apa enggak. Mungkin dikira aku ambil foto, padahal enggak 🀣✌️ ~ πŸš‚: KA Sancaka Pagi πŸ“·: Xiaomi Redmi 4x 🏞️: Manahan, Surakarta ~ #kereta #keretaapi #keretaapiindonesia #keretaapikita #kai121 #sancakapagi #sancaka #dipolokomotifmojosari #dipolokomotifjatinegara #instatrain #cc206 #cc20613100 #train #transport #rail #railway #railways #rollingstock #omahsepur #railfans #railfansindonesia #indonesiantrain #indonesianrailways #manahan #surakarta #kotasolo #solo #xiaomi #redmi4x #spoormania35
A post shared by spoormania35 (@spoormania35) on

Sunday, November 25, 2018

Semarang-Solo-Yogya Bisa Dibuatkan Kereta Cepat?

Selamat datang kembali disini. Apa kabar kalian ? Semoga dalam keadaan baik-baik saja ok... Sekali-kali aku buat postingan yang sekedar imajinasi atau wacana kereta api Indonesia yang akan datang seperti yang pernah aku buat beberapa waktu sebelumnya

Karena aku bertempat tinggal di Kota Solo yang secara otomatis dekat dengan Yogyakarta, aku sekeluarga terkadang pikniknya selalu kesana. Tapi ketika masuk/keluar kota Yogya, selalu dihadang kemacetan. Untuk benar2 keluar dari Kota Yogya saat sore hari bisa menembus 1 jam lebih. Salah satu solusi alternatifnya adalah naik kereta Prameks. Permasalahan baru muncul yaitu permintaan/demand pengguna yang mulai melebihi persediaan kereta yang ada. Artinya setiap jam sibuk, sisa kursi kereta selalu habis baik hari biasa hingga puncaknya weekend.

Terpikirkan bagaimana seandainya akan dibuatkan jalur kereta cepat (300 km/j) dari Yogya menuju Solo dan diteruskan menuju Semarang. Aku yakin demandnya sangat besar terutama semisal kereta cepat Jakarta-Surabaya sudah jadi dan dapat terintegrasi. Mari kita bahas lebih dibawah

Apakah bisa dibuatkan jalur kereta cepat Yogyakarta-Solo-Semarang yang tergabung menjadi Joglosemar ini? Bisa banget, tapi tidak semudah yang diharapkan dan ada semacam pertimbangan sebelum megaproyek ini terlaksana. Bisa dikatakan proyek kereta cepat ini merupakan proyek berskala jangka panjang juga

Joglosemar ini merupakan salah satu program pemerintah pusat berupa gabungan ketiga kota besar tersebut yang akan menjadi sebuah segitiga emas di Jawa. Memiliki tujuan memanfaatkan potensi perekonomian yang luar biasa melimpah untuk digarap di daerah ini. Dari segi historis konsep ini dirancang pada tahun 1997 tapi sempat tidak terwujud karena berakhirnya era orde baru. Tapi program ini kembali bergaung sejak tahun 2017 lalu (cmiiw). Secara geografis diapit di antara Jabodetabek yang berada di sisi barat dan Surabaya, Malang dan kota2 di sekitarnya yang berada di sisi timur. Keduanya bisa dikatakan sebagai dua kutub perekonomian yang berkembang masif di pulau Jawa ini.

Tak ada salahnya dari kondisi tersebut, daerah Joglosemar ini dapat memiliki kereta cepat yang menghubungkan ketiga kota besar tadi. Semakin didukung dengan kepadatan lalu lintas disini yang tidak berbanding lurus dengan jumlah angkutan massal yang mengakomodir. Baik mikro (<8 penumpang) seperti ojek, angkutan, dan taksi hingga makro seperti bus/BRT, LRT/tram, hingga MRT/kereta komuter. Serta belum bisa dikatakan angkutan-angkutan tersebut saling menopang yang mengakibatkan tidak dapat bekerja efektif sepenuhnya.

Kalau dihitung jarak ketiga kota tadi, kurang lebih bisa menembus 150 km dan dengan kereta cepat disini Semarang-Yogya bisa ditempuh selama 30-45 menit, padahal sudah termasuk mampir menuju Solo. Seandainya proyek ini benar2 terwujud, bisa banget buat bekerja sama dengan Negeri Sakura yaitu Jepang karena lebih berpengalaman untuk mengembangkan kereta cepat hingga sekarang ini

Untuk segi rute terdapat pilihan yang relatif sangat fleksibel.

1. Melewati sekaligus berhenti di Magelang. Otomatis berhenti juga di Ambarawa dan semisal buat menuju Salatiga disediakan bus feeder. Tapi otomatis setelah itu menuju Yogya terlebih dahulu dan Solo menjadi tujuan akhir

2. Melewati sekaligus berhenti di Salatiga. Untuk menuju Ambarawa yang dimana memiliki museum lokomotif jadul, bisa diterapkan bus feeder seperti diatas.

3. Mengikuti jalur excisting Semarang-Solo. Bisa dikatakan ini versi non stop dan opsi inilah yang aku terpikir pertama kalinya saat membuat postingan ini. Bahkan tidak berhenti di Klaten karena sudah ditangani dengan Prameks. Konsekuensinya KRD Prameks sudah tidak disubsidi jika kereta cepat ini sudah berjalan (kembali lagi, pemerintah lah pemegang kebijakan ini).

4. Bahkan setelah Semarang, kereta cepat tersebut berlanjut ke Kudus/Demak dan berakhir di Jepara. Artinya potensi pariwisata semakin mudah untuk dimanfaatkan. Apalagi di Jepara terdapat beberapa objek pariwisata laut seperti Karimunjawa dan beberapa pantai disana plus di Demak/Kudus yang telah terkenal menyediakan wisata religi. Benefitnya lagi, bisa menjadi jauh lebih cepat untuk menuju kedua tempat itu walaupun ada kemungkinan 1 atau 2 jam sekali baru bisa diberangkatkan. Karena demandnya kurang semantap lintas Joglosemar.

Untuk sektor ekonomi seperti yang dijelaskan diatas, akan semakin berkembang pesat. Belum lagi semisal status KRD Prameks menjadi kereta KRL yang dimana dapat menjangkau antar daerah di sekitaran lintas Solo-Yogya, kereta cepat ini dapat menjadi pelengkap untuk skala yang lebih masif lagi.

Bukannya kereta cepat Joglosemar ini akan sepi peminat? Seharusnya, tapi dalam kondisi lapangan sekarang ini sudah menjadi peluang tersendiri bagaimana perkembangan kereta cepat Joglosemar ini selanjutnya. Apalagi kalau ternyata beneran terjadi, KRL tersebut mungkin beroperasi pada tahun 2020 dan sekitar 5-7 tahun kedepan kereta cepat ini baru dapat dibangun. Peran KRL tersebut secara otomatis juga membawa dampak positif bagi kereta cepat ini salah satunya meningkatkan jumlah potensi penumpang transportasi tersebut. Rasanya masih lama untuk dapat terwujud tapi lebih baik beroperasi di saat, waktu, dan kondisi yang tepat.

Permasalahan yang muncul tetap ada. Semisal rumah penduduk di pinggir rel yang sangat memungkinkan terkena kebisingan kereta cepat tersebut walaupun perkembangan inovasi teknologi kereta yang tetap berjalan dan tidak berhenti untuk mengatasi berbagai masalah termasuk mengurangi tingkat kebisingan kereta. Belum biaya operasional yang menguras jika kita bandingkan dengan kondisi perekonomian Indonesia yang sekarang. Dan juga biaya pembangunannnya yang menembus angka ratusan triliun rupiah. Seandainya dibangun menggunakan dana pinjaman dari negara lain tidak masalah, yang terpenting negara siapa yang kita pinjami dan bagaimanakah kredibilitasnya. Disisi lain, negara kita juga perlu menjaga amanah besar ini agar segala perkembangan bangsa disini dapat terkontrol dengan baik. Asekkk.....

Untuk sisi operasional kemungkinan terdapat permasalahan bagi sebagian kalian. Perkiraan berapakah harga tiket yang cocok? Buat aku dari Yogya menuju Semarang semurah-murahnya Rp 300 ribu dan paling mahal Rp 500 ribu. Siapa yang mau banget uang sebesar itu habis dalam waktu 30 menit. Kalau dipikir-pikir lagi, harga tersebut sangat reasonable. Aku perkirakan bisa menembus 2 jam lebih paling cepat untuk pergi dari Yogya ke Semarang (atau sebaliknya) lewat Klaten, padahal dengan kereta cepat ini yang dimana masih muter lewat Solo sudah keduluan sampai. Harga sebesar itu seharusnya mendapat fitur yang melimpah juga, salah satunya tersedianya snack yang itupun juga gratis.

Disisi lain, Sumatra adalah pulau yang begitu panjang (±2000 km) dimana sangat cocok untuk dibangun kereta cepat karena jaraknya yang agak berjauhan walaupun mungkin hanya menghubungkan 2 kota besar di provinsi yang saling bersebelahan (dengan jarak 200 km an). Bukankah lebih diutamakan disana daripada di dalam pulau Jawa terutama daerah Joglosemar? Kalaupun untuk di Sumatra terlaksana beneran, minimal pulau Jawa dan Sumatra sudah terhubung dengan kereta terlebih dahulu. Apalagi kalau dilihat dari profit, sangat ampuh untuk diperoleh di daerah Joglosemar dibanding di Sumatra. Belum jalur kereta Trans-Sumatra yang masih sebagian sudah berjalan pembangunannya dan belum saling menghubungkan antar kota.

Melanjutkan kembali dengan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Secara otomatis akan semakin mantap benefit yang diperoleh dan dapat bekerja lebih optimal jika terhubung dengan kereta cepat Joglosemar ini. Dan bisa menjadi pilihan fleksibel dibanding pesawat yang dimana kita menginginkan cepatnya waktu tempuh perjalanan dan secara bersamaan kita dapat menikmati perjalanan serta melihat pemandangan sekitar layaknya sebuah kereta reguler. Seandainya jalur ini dibangun pada spot pemandangan yang indah seperti jalur kereta di Jawa Barat bagian selatan, ketertarikan orang untuk menaiki transportasi ini semakin bergairah dan menjadi salah satu pilihan yang menarik untuk dipertimbangkan. Plus sulit berkembang kereta cepat Joglosemar ini jika tidak ada kereta cepat Jakarta-Surabaya pada akhirnya.

Jadi sampai disini saja. Semoga terhibur dan bisa mengisi waktu kosong kalian. Kapan-kapan aku lanjutkan lagi postingan semacam wacana ini terutama kereta cepat pada waktu yang akan datang

So Much Thanks and Goodbye... ;D

Saturday, November 3, 2018

Survei Jalur Double Track Solo Balapan-Solo Jebres Plus Dokumentasi (Juni 2018)

Selamat datang buat kalian dari pembaca lama sampai yang baru. Apa kabar kalian hari ini ? Semoga dalam keadaan baik-baik saja. Tak terasa liburan dulu sudah selesai, saatnya melanjutkan garapan besar ini. Jadi terpaksa terlambat rilisnya karena fokus menyelesaikan proyek video. Belum lagi beberapa postingan yang juga belum selesai digarap.

Proyek besar aku kali ini akhirnya telah dikerjakan yaitu survei atau memantau perkembangan jalur double track (DT) Solo-Madiun-Surabaya, untuk ini bagian Solo Balapan hingga Palur Insya Allah. Kemarin aku selesai membuat semacam teaser untuk postingan ini yang berisikan latar belakang semacamnya dan opini singkat dengan wacana KA All New Prameks. Saatnya kita mulai postingan utama ini. Sesuai judul, aku bagi menjadi dua bagian yaitu bagian ini dan selanjutnya Solo Jebres-Palur

Jam 1 siang aku mulai dari spot awal yaitu persimpangan rel di timur Stasiun Solo Balapan. Cuaca waktu itu terik banget dibanding kemarin yang sedang mendung-mendungnya. Jalur yang terbangun sudah menunjukkan akan seperti apa polanya pada saat jadi nanti. Dengan kata lain hanya tersisa beberapa pembangunan seperti melewati persimpangan rel disini, dan menyambungkan jalur di wilayah area padat pemukiman daerah Gilingan yang diharuskan terlibat aktivitas penggusuran. Untuk bagian itu nanti kita bahas lebih dibawah.

Apa saja yang sudah dibangun, saat aku lihat langsung dari calon jalur nya sendiri, terdapat selokan  baru, dan tembok pembatas rel yang sekaligus berfungsi sebagai "sound barrier" atau peredam suara. Selokan air masih belum tersambung dengan yang sudah ada. Tembok pembatas sudah terbangun sekitar 200 m dan belum menyeluruh.

Kricak atau istilah umumnya yaitu kerikil pada rel ditumpuk menggunung untuk mengisi pada bagian jalur yang akan terhubung pastinya. Sebuah backhoe sedang terparkir karena diambilnya survei ini pada saat hari libur, khususnya libur lebaran.

Pengalaman baru yang diambil kali ini selain memantau proyek tersebut. Yaitu pertama kali aku melihat bagian persimpangan menuju Semarang tapi arah dari Solo Jebres. Bagian tersebut terbentengi dengan rumah penduduk. Sempat menjumpai semacam gudang logistik yang terlihat tua, tapi kalau dilihat sekilas masih beroperasi. Sebelumnya terdapat gudang logistik di sebelah selatan jalur kereta, saat sebelum aku memasuki tkp awal.

Berjalan ke timur, yaitu sinyal masuk Stasiun Solo Balapan. Hal sepele yang ingin aku tinjau, apakah masih ada rel dengan bantalan kayu atau tidak. Untuk bagian jalur yang jarang dilalui kereta buat aku lumrah2 saja masih terpasang. Tapi pada persimpangan di jalur yang beroperasi juga masih terpasang ternyata, selain yang ada di bagian barat stasiun.

Mungkin akan ada penggantian bantalan rel itu menjadi beton yang sudah menjadi bagian dari apa yang akan dikerjakan pada proyek DT ini nanti. Kalaupun tidak juga bukanlah masalah. Emang ada kereta yang melewati stasiun besar dengan kecepatan yang relatif kencang hehe...

Aku memantau sebentar bantalan pada rel yang terbilang baru itu. Ternyata terdapat no serinya, dan di sisi rel satunya sudah tidak ada (paling sudah memudar). Tertampil angka 1067 (mm) yang berarti lebar rel dan 2015 adalah tahun pembuatannya. Menarik juga, karena dugaan awalku bantalan rel ini diproduksi tahun 2017 atau 2016.

Setelah dari jalur persimpangan, kita pindah ke sebelah timur jembatan Gilingan dan menyebrang menuju sisi utara rel. Karena menanjak, sepeda listrik kutuntun saat naik. Buat spot hunting boleh juga ya. Masalah parkir, ditaruh di pinggiran jalan kampung bisa banget.

Dari atas jembatan serta pandangan terlihat ke arah timur, terdapat jalan berkontur tanah di sisi utara jalur dan diiringi dengan puing-puing bangunan yang berserakan. Bagian tersebut sudah dipastikan akan menjadi bagian calon pelebaran jalur. Turun dari jembatan ini pun juga dituntun karena terlalu terjal dan kebetulan remnya sedang bermasalah hehe... Aku lihat ada sebagian rel yang sudah terpasang.

Btw dari sini, aku mulai merasakan dehidrasi saking panasnya cuaca luar. Sebenarnya waktu itu aku mempunyai sebuah pertanyaan, apakah jalannya tadi akan diratakan dengan aspal/beton atau tidak ya...

Pada bagian selanjutnya jalur terputus dengan area padat bangunan rumah disana. Saat mendekati tempat tersebut, ada hal yang baru aku sadari. Tidak semua bangunan dirobohkan seluruhnya, ada juga yang "disunat" kamar belakangnya bahkan tembok tempat wudhu pada sebuah masjid di pinggiran jalur itu ikut terkena.

Jalan yang semakin aku lalui, semakin banyak puing-puing bangunan di jalan yang berserakan terutama ada yang berukuran besar. Sehingga memaksakan aku buat jalan kaki. Disana hampir tidak ada aktivitas penduduk yang terlihat. Dan melihat pada sisi selatan rel, pembuatan tanggul sudah 80% berjalan. Karena jalannya semakin sempit aku putuskan sampai disitu saja.

Masih di spot yang sama tapi dengan perspektif dari sisi sebrangnya. Lagi-lagi aku harus menuntun sepedaku saat aku pindah kesana. Tampak jelas sebagian bangunan di sisi utara jalur sudah ada yang tidak berpenghuni lagi dan barang-barang di dalamnya sudah kosong.  Bisa dikatakan walaupun jarak antar stasiun kurang lebih sekitar 2 km, tapi secara skala buat aku setara dengan 10-15 km di area pesawahan biasa.

Salah satu hal yang menarik, sebuah rumah yang terkena tersebut ada yang berdiri dengan 3 lantai. Kayaknya kalau dilihat ya gimana gitu, rumah segede itu tapi sebagiannya ikut terkena dalam penggusuran. Tidak terasa sudah di ujung jalan kampung dan saatnya menyebrangi jalan besar.

Kita pindah ke bagian spot yang dimana dulu aku pernah ambil foto disana sekaligus terupload di dalam teaser postingan ini. Aku dulu iseng aja buat menuju spot itu saat jalan kampung di pinggir rel tersebut sudah berupa tanah. Sekarang sudah bisa dikatakan menjadi bagian jalur yang terlebih dahulu selesai dikerjakan dan diikuti terbangunnya tembok pembatas (buat yang aku ambil ini mungkin sengaja dibuat bolong, atau bisa jadi akan menyusul).

Aku kepikiran spot bagian ini dan tanggul yang tadi bisa aku jadikan buat memburu momen kereta pada nantinya. Tinggal realisasi selanjutnya saja akan bagaimana. Jalannya ini sendiri sekarang juga penuh dengan gelombang dan lubang-lubang pasca proyek.

Selanjutnya yaitu menyebrangi palang rel buat mengambil foto dari sisi utara rel sekaligus penampakan Stasiun Solo Jebres. Di sisi utara jalur pun sudah dibangun tembok pembatas. Jika diperhatikan lebih, sedikit ke timur palang kereta terdapat jembatan untuk calon jalur baru yang sudah dibangun.

Stasiun Solo Jebres buat aku untuk sekarang berperan dua sekaligus yang sebelumnya hanya stasiun heritage tetapi ditambah untuk menaik-turunkan penumpang dari kereta yang rute perjalanannya melalui Kota Semarang. Terdapat perpanjangan peron dan pemasangan atap yang sudah menggunakan model "V". Secara fungsional kalau saat hujan, air terkumpul di bagian tengah atap yang dimana positifnya mengurangi masuknya air hujan di dalam kereta, semisal mengalir lewat pintu kereta hehe...

Untuk dampak sosial dari konstruksi tersebut, bisa dikatakan cukup terasa. Tapi mengingat dari semacam data kepemilikan lahan, sebenarnya bangunan tersebut berdiri di atas tanah PT KAI. Untuk perkembangan selanjutnya, kita tunggu akan seperti apa. Kalau bisa, aku akan hunting di bagian kelokan pasca palang Jebres yang kebetulan sudah dirilis videonya.

Yak, mungkin sampai disini dulu aja. Berhubung proyek ini terbilang gede aku rilis lebih lama bersamaan dengan mengurus postingan blog yang lain. Semisal ada kesalahan semacamnya, aku meminta maaf dan bisa diberi kritik serta saran. Untuk bagian Solo Jebres ke Palur, kita tunggu saja. Setelah cerita tadi sudah tersampaikan, saatnya yang ditunggu adalah dokumentasi selama survei dan ini diambil bulan Juni akhir. Setidaknya mewakili kondisi proyek ini tetapi di daerah lain.












Sebenarnya masih banyak banget yang ingin aku upload, tapi setidaknya beberapa foto diatas sudah mewakili dari kondisi lapangan. Kalo beberapa waktu kedepan ternyata ada yang perlu ditambah semisal, akan aku upload lagi. Terpenting dari itu semua, aku segera dapat menyelesaikan pr blog ini.

So Much Thanks and Goodbye... ;D

Monday, August 13, 2018

Behind The Scene Of Me #4 (Bertahan Hidup Ala Penumpang Bus AKAP- Agra Mas SDD)

Selamat datang kembali, apa kabar kalian sekarang ? semoga baik-baik saja disini. Kembali lagi untuk membahas trip report dengan nama seri "Behind The Scene Of Me". Sesuai janji saatnya aku menjelaskan apa saja yang aku lakukan saat perjalanan dengan bus Agra Mas tipe Double Decker serta beberapa opini pribadi yang akan disertakan tiap postingan seri ini.

Seperti yang dijelaskan di part 3 kemarin yaitu KA Argo Lawu, selama 8 hari aku berada di Kota Depok sekedar menikmati liburan karena 2017 kemarin aku tidak dapat berkesempatan untuk pergi kesana. Pertengahan liburan tersebut, aku riset-riset buat apa saja yang aku butuhkan untuk pemesanan tiket bus dari agen yang tersedia, no telepon, dan komunikasi dengan agen Agra Mas yang sesuai rencana naik di Agen Simpangan Depok.

Untuk tahun 2018 mulai banyak kemudahan untuk memesan tiket dari pemesanan online, ataupun bisa menerima transfer untuk agen bus dsb, skenario untuk kali ini berbeda. Aku diharuskan menuju agen dan harus pesan di tempat yang menurut aku sistem ini sudah dianggap tradisional/konvensional dan masih diterapkan.

Sayang juga sih, rasanya enggak praktis. Apalagi aku juga sudah cek website dari PO bus ini belum dikembangkan secara lebih. Dengan kata lain masih berisikan deskripsi PO dan aneka model bus serta masing-masing kelas. Kalaupun belum sanggup untuk pemesanan online, minimal bisa transfer dan kebanyakan agen bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) sudah bersedia dan didukung. Tapi kembali ke website, positifnya terdapat penjelasan dasar yang menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih bus yang akan dinaiki.

Menuju hari ke-5 atau Rabu, 11 April 2018. Saatnya aku pesan tiket bus Agra Mas dengan tipe Double Decker (DD) sesuai rencana sebelum ke Depok. Akhirnya berhasil mendapat bagian kursi "kokpit" bus/di barisan terdepan, dan dibayarkan oleh tante aku. Niat awalnya aku bayar sendiri aja dan untuk tarifnya sekitar Rp 210.000. Untuk rencana waktu berangkat, awalnya aku mau pulang di hari Sabtu untuk penyesuaian saat sudah pulang nanti, tapi karena hal-hal semacamnya diundurlah menjadi Hari Minggu.

Terbatasnya penyimpanan yang bersamaan video trip KA Argo Lawu kemarin sudah disimpan terlalu besar menjadi alasan aku tidak membuat versi video trip ini. Sebagai gantinya, aku kumpulkan banyak sekali foto-foto selama perjalanan, lebih tepatnya saat siang hari. Karena malam hari sangat terbatas untuk mengambil foto di malam hari pada bagian yang tepat, apalagi kalau dibuatkan videonya

Bersamaan ada salah satu hambatan saat perjalanan yaitu aku memindahkan kartu sim ke hp lamaku karena lebih jarang megangnya, hp yang satunya langsung berubah waktu ke default sistem (1 Januari 1970) dan sebagian foto yang ditampilkan ini nanti tertulis tanggal tadi. Untuk penanganannya, saat sudah di mode hotspot, tanggal di hp yang baru dipakai 2 bulan ini kembali normal. Aku tanyakan sama temenku, hal tersebut memang wajar.

Karena hari pulangnya diundur, hari Sabtu aku agendakan dengan jalan-jalan memutari Kota Jakarta bersama bus Transjakarta. Kegiatan ini sepenuhnya mendadak dan murni di luar rencana, tapi setidaknya sudah riset. Tujuan pertamaku menuju Stasiun Jakarta Kota buat isi top-up saat naik bus, turun di daerah Semanggi dan transit menuju Mall Central Park. Sampai disana langsung muter-muter seisi mall dan sempat ke Neo Soho yang tidak jauh dari mall ini. Nekat lanjut menuju Terminal Pinang Ranti, transit ke halte UKI, lanjut sampai Tanjung Priok, menuju Stasiun Kota naik KRL dan pulang dengan keadaan sangat capek.

Sebelum pulang aku sempatkan mencoba sate padang yang entah kemahalan atau memang harganya segitu yaitu 20.000 rupiah seporsi. Kok kepikiran buat coba sate padang ? Kembali ke Stasiun Tanjung Priok. Di depan area stasiun ada banyak pkl yang menjualkan beraneka macam makanan termasuk sate padang yang sudah habis duluan. Kayaknya terlalu singkat untuk diceritakan, aku buatkan part khusus sebagai info tambahan ini (part 4A rencananya). Karena di dalam postingan ini aku akan menjelaskan sepenuhnya pengalaman perjalanan pada hari esoknya yaitu pulang dengan bus tingkat dari Agra Mas.

Paginya aku malah diajak ke Mall "Depok Town Square" (Detos), karena sepupu kecilku malah main sama temennya. Sampai waktu dzuhur belum juga selesai. Singkat cerita langsung aja berangkat ke agen naik grab dalam kondisi sangat mepet. Beruntungnya sampai sana sangat pas. Disana tidak sengaja ada rombongan motor yang salah satunya ada yang bawa motor italy, Ducati Multistrada sama Diavel (disini jarang nemu dan yup, aku juga seneng mengikuti dunia permotoran).

Sayang tidak sempat difoto karena harus terburu-buru menuju agen yang harus menyabrang jalan. Yang buat gemes selama perjalanan, drivernya terlalu santai dan tengah jalan aku suruh jalan lebih cepat baru bisa kekejar. Andai aku tidak lakukan hal seperti itu, kemungkinan harapan terakhirku pulang ke rumah kerabatku lagi.

Saat-saat masuk di agennya, bus yang aku tumpangi sudah berada di posisi sebelum persimpangan dan masih sedikit menunggu karena area ini hingga sekarang masih menjadi titik kemacetan terutama karena angkot. Bukti pembayaran tiket yang diberikan saat pemesanan kemarin diantar ke petugas sana dan menukarkannya dengan tiket bus yang asli.

Jadi waktu itu aku ambil kursi bagian 1D yang dekat dengan jendela samping bus dan kesalahannya aku harusnya ambil bagian C atau B buat bisa mondar-mandir dalam bus. Barang bawaan harus dibawa ke lantai atas sementara sebelum menuju Terminal Pulogebang. Saking berjuangnya, waktu pertama aku duduk di kursi sudah capek duluan, padahal belum di tengah perjalanan. Hanya 5 menit saja bus ini langsung berangkat dan kemungkinan sudah terlambat dari jadwal awal. Selamat tinggal Kota Depok...


Perjalanan Setelah Depok

Sebenarnya ketertarikan aku buat naik bus tingkat bukan tertuju dari bus ini, melainkan dari PO Putera Mulya. Tapi penataan waktuku yang diluar rencana menuju mall Detos tadi, seharusnya bisa saja naik bus Putera Mulya ini dari terminal Poris via KRL. Karena awal dari rencana kerabatku sekalian antar menuju agen, ternyata tidak jadi. Sudah terlanjur intinya. Saat beberapa minggu setelah perjalanan ini, ternyata aku baru inget ada yang keberangkatannya dari Bogor yang dimana otomatis melewati kota Depok, tapi tujuan akhirnya menuju Yogya (Brambanan). Mungkin semisal bisa tukar bus, aku mending pilih opsi ini tapi aku baru kepikiran sekarang, hadeuhhh......

Bus ini seperti bus-bus pada umumnya mampir ke agen-agen yang sudah pasti untuk mengangkut penumpang. Sepanjang perjalanan, keadaan cuaca mendung dan bahkan sempat hujan. Selama itu juga, aku menyempatkan berfoto apalagi saat siang hari yang masih kelihatan panoramanya. Aku tidak melanjutkannya saat malam hari karena terbatasnya ruang memori yang pasti, dan juga hpku kurang mumpuni untuk memfoto dalam keadaan malam

















Sebelum masuk ke jalan tol, berhenti sejenak di agen Kampung Rambutan.






















Saat di tengah perjalanan mampir juga ke agen bus yang dimana harus keluar dari jalan tol daerah Bambu Apus (kalo nama agennya sendiri kurang tahu ya), dan baru deh setelahnya langsung ke Terminal Terpadu Pulogebang.


















Ini adalah pengalaman pertamaku untuk masuk ke terminal ini tapi belum sampai keseluruhan. Berhenti lumayan lama sekitar 1 jam lebih. Selama itu, aku juga menurunkan barang bawaan ke dalam bagasi. Dari jam 1 di agen Simpangan Depok, sekitar jam 3 masih di Terminal Pulogebang.

Maklum juga menunggu penumpang di terminal yang pada 3 tahun pertama operasional ini tidak begitu ramai. Mungkin selanjutnya akan menjadi terminal yang padat terutama saat jembatan pedestrian/pejalan kaki ke Stasiun Klender sudah dibuatkan. BTW aku ketemu dengan bus Sinar Jaya double decker.






























Meninggalkan terminal Pulogebang.
















Ternyata buat masuk gerbang tol, bus ini masih muat lho... (padahal sudah dulu-dulu)













Kemudian menuju pemberhentian terakhir, di agen Bekasi Timur. Untuk masuk jalan tol arah Cikampek butuh waktu lebih lama karena macetnya.


















Terakhir kali aku melalui jalan tol arah Cikampek ini sekitar akhir Desember tahun 2016 saat menuju Kota Solo (berangkatnya dengan KA Jaka Tingkir) bersama kerabatku yang di Depok tadi. Tahun 2018 ini sudah "dihiasi" proyek jalan tol elevasi/layang "Jakarta-Cikampek II" yang sudah berjalan jauh, dan banyak banget tiang pemancang jalan layang berdiri tiap beberapa meter di tengah jalan.

Tidak hanya itu, di sisi kiri bus ada proyek LRT menuju Bekasi Timur. Untungnya kedua proyek tadi tidak mengganggu lalu lintas di jalan tol ini, terutama proyek jalan tol tersebut yang dimana pertama kali menggunakan teknik konstruksi "Sosrobahu".










































Seperti biasa jalanan disana ramai bahkan macet untuk bagian arah Jakarta. Keluarlah bus tingkat ini dari jalan tol untuk mengambil penumpang di agen tersebut yang sebenarnya tak jauh dari pintu tol. Pengalamanku untuk bus sejujurnya lebih sedikit dibanding naik kereta api dan juga pesawat, alhasil aku baru tahu ternyata spot hunting bismania Bekasi Timur berada di area agen bus-bus malam itu termasuk Agra Mas.

Jadi rasanya familiar saat berada di tempat ini karena sering lihat di Youtube.
Aku juga masih seneng buat melihat video trip report bus malam ataupun sekedar hasil huntingnya aja. Disana Bus Agra Mas SDD berhenti lumayan lama (tidak selama di Pulogebang intinya). Setelah itu berangkat di perjalanan panjang ini.



















Jadi bus ini muter balik di pom bensin daerah itu karena agennya berada di sebrang jalan. Ada bus Putera Mulya yang menggunakan bodi Legacy SR-2 (seri bodi favorit menurut opiniku sejak generasi pertama). Nah, yang bikin bete pada disana ada bus dibawah ini yang tiba-tiba berhenti dan saat mau berangkat. Berhentinya aja seenak punya jalan sendiri. Kalo ruginya bukan bus ini saja terutama saat-saat meninggalkan agen, tapi yang berlalu-lalang di jalan itu juga. Andaikan ada videonya, diklakson sudah isinya


Untuk jarak kaki sejujurnya lumayan ngepas. Akses ke depan harus sedikit nunduk tapi tidak masalah. Tersedia AVOD (Audio Video On Demand) yang sangat disayangkan sekali tiba-tiba isi dari film dan lagunya tidak sebanyak di video trip report bus-bus umumnya terutama untuk bus ini sendiri. Kursi "tetangga" sebaliknya, masih ada. Kalau dilihat saat baru berangkat dari Depok tadi, masih bisa terdeteksi film-filmnya (untuk musik belum sempat dicek).

Kemudian colokan USB di dekat AVOD sewaktu dipasang, tidak ada grip buat nahan input USB alias kendor. Seingetku tersedia charger di dalam bagasi bagian atas kursi, tapi karena aku butuhnya saat malam hari yang otomatis gelap menjadi susah dicari, minimal seharusnya ada lampu penanda buat charger.

Malah saat sudah di Semarang, seluruh kelistrikan di bus ini mati total terutama AVOD. Buat audio jack sama usb atau kartu memori yang disambung ke AVOD nya, malah belum sempet coba. Aku juga minta tips/pengalaman dengan bus ini dari kalian, siapa tahu ada kesalahanku saat naik bus ini. Atau bisa saja ini hanya kebetulan pada saat itu.

Seperti bus AKAP malam kebanyakan, bus ini mampir ke Rumah Makan Tamansari di rest area jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Makanan yang tersedia ada nasi putih pastinya, ada semacam sayur bihun dengan lauk ayam goreng dan krupuk. Selain ayam, kita bisa nambah sepuasnya termasuk teh. Aku ambil terlalu banyak, bersamaan harus BAB (fyi kamar mandinya banyak nyamuk) dan belum sempat sholat Maghrib di musholla sana. Sebelum berangkat, terdapat bus Putera Mulya double decker yang baru saja masuk ke rumah makan ini. Ada kok foto selama perjalanan kesana dan dus snack beserta isinya.























Sehabis Jalan Tol

Buat isi dus snack sebagiannya terdapat sebungkus kopi hitam, di tengah perjalanan lebih tepatnya saat masuk tol bagian Palimanan-Kanci, aku berniat mencoba membuat kopi hangat. Alhamdulillah berjalan sukses walaupun baru buatan pertama termasuk dalam menggunakan dispenser yang mekanismenya sedikit lebih unik dibanding yang ada di sekitar kita (tersedia cup dan gula secara cuma2).

Jadi teringet dengan tempat cangkir/cupholder di tengah armrest kursi. Tidak ada masalah untuk pegangannya karena dirasa juga sudah kenceng, tapi buat posisinya membuat kita harus sedikit berhati-hati karena aku sempat kesikut dan minumannya tumpah walaupun leganya tersisa sedikit kopinya. Aku juga lupa kalau aku tadi sudah makan banyak sampai sudah kekenyangan. Disinilah awal musibah aku terjadi.

Seperti yang aku jelaskan tadi, sehabis dari RM Tamansari ini aku sudah tidak foto-foto lagi karena diluar sudah gelap. Dari foto bus Putera Mulya SDD diatas tadi aja kelihatan hasilnya kurang bagus.

Aku sempat berharap lebih kalau perjalanannya tidak banyak melewati jalan yang bergelombang, hasilnya berbeda cerita ketika keluar dari gerbang tol Brebes Timur atau "Brexit". Aku kebetulan baru bangun pada saat itu. Goncangan langsung terasa banget saat memasuki jalur pantura.

Bersamaan dengan bus ini yang mengerem dan gasnya suka mendadak karena kebetulan ada kemacetan sebelum masuk Kota Pekalongan, rasanya aku kepengen buat mabuk. Awalnya berhasil ditahan dan bahkan aku sempat tertidur juga. Mengingat waktu itu aku mengikuti lomba fotografi dari PT KAI, aku bangun kembali dan menyelesaikan pekerjaanku tersebut mengingat sudah hari terakhir pengumpulan foto. Sempat terkendala faktor koneksi juga (tapi aku belum berhasil memenangkannya). Dan ternyata setelah itu...

Waktu memasuki daerah alas roban, akhirnya aku mabuk beneran :(. Kejadian ini mengganggu sekitar aku terutama ada bagian tas ransel penumpang sebelah yang terkena muntahan. Refleks aja aku buang di tong sampah yang kebetulan ditaruh di pinggir kursi pas dan masih beruntung bukan model keranjang. Menyesal juga aku tidak persiapan membawa kantong kresek buat jaga-jaga kalau mabuk.

Lucunya saat masuk di daerah Gringsing yang baru saja keluar dari daerah alas roban, bus ini berhenti di rumah makan milik PO Agra Mas. Artinya, bisa aja kalaupun muntahnya bisa ditahan dan dibuang di dalam toilet. Saat sudah berhenti aku keluar dari bus langsung beli air putih.

Kebetulan juga ketemu dengan pemilik tas tadi sekaligus penumpang sebelah aku. Sekalian juga buat menyampaikan pesan minta maaf. Aslinya dia tenang-tenang saja karena sampai di Kota Solo nanti bapak ini nemenin anaknya yang dapet tempat duduk di kursi belakang, tapi waktu itu agak was-was karena resletingnya belum ditutup rapat. Aku disana juga mampir ke toilet mumpung berhenti buat buang air.

Saat melanjutkan kembali perjalanan, bagian kerongkongan rasanya menjadi perih dan hingga ke rumah nanti ada rasa kaku dan beberapa hari setelah perjalanan ini, semisal mau ketawa harus dengan tenaga dalam hahaha... Kembali lagi, aku lanjutkan bobokku setelahnya. Walaupun enaknya sudah tidak ada beban di perut lagi hehe...

Bangun tidur sudah berada di Kota Semarang sekitar jam 0:30 malam, saking malamnya di
persimpangan masuk jalan tol keadaan lalu lintas sudah sepi. Saat bangun itu, semua kelistrikan mati di dalam bus terutama semacam lampu tidur, AVOD sudah bener-bener tidak bisa dihidupkan. Tapi buat CCTV masih aktif, dan itu memang sudah seharusnya.

Aku semakin tidak tenang karena saat di Semarang aku kudu siap buat komunikasi dengan bapak, tapi pas aku cek baterai hp buat hotspot tadi sudah mati. Hp satunya masih utuh tapi harus memasang kartu sim dengan memakai sim ejector. Diakali apapun tidak bisa. Aku masih inget sampai2 aku pakai gantungan korden bus yang bentuknya kayak klip kertas. Tapi karena tebel, gagal sudah aku mindah kartu sim.

Terpaksa berpasrah dan tidak ada harapan lagi waktu itu. Sebelum berlanjut tidur lagi, ada hal yang menarik yaitu adanya papan selamat datang ala Kota Salatiga yang sedikit unik (karena kalau kita cari di google maps, ada pointnya kok) dan letaknya di sisi kanan jalan tol. Keluar ke jalan biasa setelah itu dan kiranya bakalan langsung ke Terminal Tingkir, ternyata memakan waktu beberapa menit untuk sampai kesana.

Sehabis dari kota Salatiga, aku melanjutkan tidur dan tibalah di daerah Kartosuro. Berhenti sebentar karena ada penumpang yang turun disana. Sebenarnya masih ngantuk dan aku mau tidur lagi tapi rasanya sudah nanggung. Ternyata masih ada kesempatan 15 menitan buat tidur hingga akhirnya aku turun di SPBU perbatasan Solo-Sukoharjo karena dekat dengan rumahku. Alhamdulillah bapak sudah menunggu disana karena sudah janjian duluan sebelum naik bus ini semisal kalau ada miskomunikasi.

Menghabiskan 14 jam untuk perjalanan (termasuk dari Kota Depok), akhirnya sudah berada di Kota Solo. Tapi masalahnya aku belum bisa move on dari Kota Depok. 8 hari disana rasanya seperti baru kemarin dan kepengennya sih nambah 6 hari jadi 2 minggu lah. Tapi karena sudah menjadi kewajibanku sebagai pelajar ya bagaimana lagi masuk sekolah dulu, liburannya sudah selesai hehe...

Kelebihan dan Kekurangan

*Kelebihan
>Ada snack termasuk kopi, lumayan lah buat nyemil-nyemil
>Bantal dan selimut (karena bus Wonogirian tipikalnya tipis, tidak mengurangi rasa dingin dengan ampuh terutama dibanding bus Muriaan termasuk masih satu PO)
>Makanan yang bisa ambil sepuasnya (karena tidak semua PO memperbolehkannya) kecuali lauk ayam
>Terdapat Charger di bagasi atas kursi dengan minus lampu indikator (untuk mempermudah mencarinya)
>Kursi sudah nyaman dan sesuai ekspektasi, bahkan bisa mengundang keinginanku untuk tidur walaupun untuk lebar badanku lumayan ngepas

*Kekurangan
>Posisi cupholder sedikit awkward karena rawan kesikut (tapi dimaafkan karena ikatannya kencang)
>Karena footrest mepet dengan laci, terpaksa buat naik turunkan footrest
>Masih menggunakan pemesanan manual yang untuk tahun 2018 ini sudah terbilang konvensional
>AC terlalu dingin, padahal di bagian lubang AC atas kursi sudah ditutup
>AVOD dan port USB yang bermasalah
>Entah kebetulan atau sudah sering, saat di luar tol jalan busnya enggak santai
>Sedikit miskoordinasi walaupun sisanya normal" saja

Kesimpulan dan Saran

Berawal dari sombongnya aku buat naik bus ini bisa merembet-rembet ke masalah yang tidak diharapkan. Niat untuk bersiap-siap sekolah setelah turun, berakhir di kasur dan tidak masuk. Katrok juga sih naik bus, gaya-gayaan makan banyak tapi akhirnya kumat juga haha... Baru ingat juga kalau aku sudah makan banyak sebelum berangkat, lebih tepatnya saat masih di Mall Detos tadi. Dan itupun sadarnya sudah beberapa minggu setelahnya.

Tapi aku masih tidak kapok setelah hari-hari pesakitannya sudah berlalu, mengingat pengalaman pertama tadi dan juga jalan tol Trans-Jawa yang masih sebagian yang beroperasi, masih ada harapan untuk naik bus lagi. Aku lebih cocok buat naik bus yang nyaman, kalem (bukan asal gas rem yang dirasa maksa), dan pelayanannya meringankan perjalanan kita sebagai penumpang. Pengen sih naik bus dengan sasis scania yang dikenal tenang dan sunyi tapi sebelum Trans-Jawa sepenuhnya beroperasi.

Untuk hal komplain seharusnya bisa aja, bahkan sempet diusahakan dengan turun ke lantai bawah tapi pintunya tutupan rasanya enggak enak aja/merepotkan terutama saat malam. Kasih tau juga dong di kolom komentar kalau buat semacam komplain ke sopir atau kernetnya itu seharusnya bisa apa enggak menurut pengalaman kalian.

Dan satu hal yang belum aku ceritakan di atas dan melanjutkan bagian kekurangan yang kedua, ternyata kursi di belakang dan seterusnya lebih longgar untuk jarak antar kursi daripada yang sudah aku duduk ini. Bahkan ada satu baris kursi yang paling longgar untuk bus ini. Buat kenyamanan di kursi depan dari hati terdalam kurang cocok karena menu utama kursi depan adalah pemandangan jalan dari dalam bus.

Dan buat yang baru saja naik bus tingkat terutama kelas AKAP, aku sarankan buat ambil baris tengah (baris ke-2 ke belakang). Karena walaupun semisal untuk makan sampai nyemil masih aman, karena ini bus tingkat ada potensi buat mabuk. Entah dari dalam bus tingkat yang terlalu sempit dibanding bus AKAP umumnya terutama kelas SHD, ataupun ketika gas dan berhentinya selalu mendadak. Yang terpenting bisa beradaptasi ketika naik.

Overall, untuk penilaian subjektif aku kasih 6.5/10 dan bisa saja berubah ketika sudah ada perubahan dari bus ini termasuk pelayanannya.

Untuk saran dari saya sebagai penumpang bus ini :
1. Perangkat AVOD bisa dibenahi (Kalau sekarang kemungkinan sudah berubah)
2. Karena charger di bagasi tidak kelihatan, bisa ditambah semacam lampu kecil (lampu indikator) kalau ada charger yang tersedia
3. Manajemen dan koordinasi yang lebih ditingkatkan dari sebelumnya
4. (Opsional) Untuk konsumsi ditambahkan mie gelas (sebiji juga tidak apa" hehe :D)

Terima kasih yang sudah membaca postingan ini. Untuk part kali ini, maaf ya kalau kepanjangan atau bahkan ada yang bosen padahal baru beberapa paragraf hehehe... Anggaplah sebagai pelajaran hidup ataupun sekedar hiburan di waktu luang. Maaf juga kalau ada kesalahan penulisan dalam postingan ini dan mohon koreksinya di komentar beserta pengalaman kalian untuk trip yang berhubungan dengan Bus Agra Mas SDD, ataupun sesama bus double decker. Atau bahkan ada yang belum pernah sama sekali ataupun sekedar beropini, silahkan kok. Share juga postingan ini semisal ada teman atau kerabat kalian yang berencana naik bus double decker terutama dari PO Agra Mas ini.

So Much Thanks and Goodbye... ;D