Selamat datang semuanya... hari ini aku akan membahas apa saja sih kontribusi lokomotif CC 206 di Indonesia, yang dikenal salah satunya sebagai lokomotif double cabin paling sukses dalam operasionalnya 6 tahun terakhir ini.
Pertama, dari sejumlah 100 buah lokomotif angkatan 2013 (generasi pertama), sebanyak 2 buah digunakan untuk kereta kepresidenan (biasanya no kode 87 dan 88). Menggantikan lokomotif penarik sebelumnya, CC 204 batch 2 yang pada sekitar tahun 2013 atau 2014 berhijrah ke bumi Sumatra Selatan. Buat yang kurang tahu kenapa harus 2 buah, salah satu lokomotif tersebut berperan sebagai cadangan semisal di tengah jalan si lokomotif utama tiba-tiba bermasalah. Apalagi untuk kepentingan skala orang no 1 di Indonesia, jangan sampai lah tugas kenegaraannya bermasalah gara-gara kereta yang dinaikinya mogok hehe... Tapi kereta hanya sebagai salah satu opsi transportasi kunjungan presiden ke suatu daerah. Biasanya saat menuju suatu daerah yang dimana jangkauan pesawat (sebagai transportasi utama Presiden) kurang efektif dibanding kereta api (kenapa malah bahas kereta kepresidenan ya...).
Kedua, pada tahun 2014 lokomotif CC 206 13 55 bisa dikatakan hampir afkir (istilah awamnya pensiun dini karena kecelakaan hebat) disebabkan terjadi anjlok di daerah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, ketika berdinas merangkai KA Malabar. Penyebabnya waktu itu karena rel yang dilalui kereta ini terjadi tanah longsor. Diam-diam (karena pasca anjlok sudah tidak ada kabar lagi) lokomotif ini dibangun kembali dan pada tahun 2018 akhirnya bisa beroperasi secara reguler. Wajar juga, umur baru setahun sudah terjadi insiden seperti ini. Hikmahnya, lokomotif ini menjadi yang paling terlihat fresh seolah-olah baru keluar dari pabrik dan banyak juga yang suka. Sebenarnya ada 2 lokomotif lain yang senasib, tetapi lokomotif ini menjadi pusat perhatian karena musibahnya lebih terasa dari kedua lokomotif tersebut apalagi saat-saat mengevakuasinya.
Ketiga, walaupun di Sumatra selatan seluruh lokomotif CC 204 batch 2 sudah ditugaskan menarik rangkaian babaranjang, CC 206 tetap bisa dapat jatah untuk menarik rangkaian tersebut. Sebenarnya agak aneh juga, CC 206 sejak keluar pabrik aslinya adalah lokomotif untuk menarik kereta barang, sedangkan CC 204 batch 2 sebaliknya, cocok untuk menarik kereta penumpang (walaupun sekarang sudah mulai dikembalikan perannya disana). Pada akhirnya, setiap satu rangkaian babaranjang dibutuhkan 3 lokomotif CC 204 batch 2 dan CC 201. Tapi untuk CC 206 cukup 2 buah saja, setara dengan CC 202, dan itupun kalau secara tenaga masih dibawah CC 205. Sedangkan secara teknologi sudah sama-sama canggih dan perbedaan tenaga pun juga tidak tampak jelas layaknya kedua lokomotif tersebut.
Keempat, seperti yang dijelaskan pada poin sebelumnya, lokomotif CC 206 pada awal-awal operasionalnya, ditugaskan menarik rangkaian kereta barang. Tetapi setelah itu juga digunakan menarik kereta kelas eksekutif, campuran, dan sebagian bisnis ataupun ekonomi premium bahkan juga ekonomi biasa. Awalnya kalo dipikir-pikir bukannya mubadzir lokomotif bertenaga besar ini juga diikutkan merangkai kereta penumpang yang dimana lebih ringan secara bobot total. Ternyata cocok-cocok saja untuk kereta ekspres setelah dicoba. Kereta semacam Argo Lawu dengan enteng bisa menempuh kurang lebih 45 menit dari Kota Solo menuju Yogya, dimana KRD Prameks masih lebih dari 1 jam.
Tidak hanya itu, untuk kereta penumpang rangkaian panjang seperti KA Kertajaya dan KA Tawang Jaya, dan kereta reguler yang melalui jalur pegunungan seperti di daerah Jawa Barat terutama bagian selatan, peran lokomotif CC 206 menjadi lebih terasa.
Kelima, mulai tahun 2016 jumlah unit lokomotif CC 206 sudah melebihi CC 201 sebanyak 150 unit (sedangkan CC 201 sebanyak 144 unit) dan semuanya bisa dikatakan masih berjalan dengan baik. Secara tenaga melebihi sang railsprinter CC 203, otomatis untuk track lurus lebih gampang buat diajak kenceng-kencengan. Teknologinya sudah maju dan setara dengan CC 205 yang dimana sudah 2 tahun lebih awal berada di Indonesia. Bisa dikatakan lokomotif ini hampir sempurna, kecuali masalah aerodinamika dan estetika yang masih dimenangkan CC 203 (dan juga CC 204 batch 2).
Keenam, awalnya klakson (atau istilah lainnya semboyan 35) CC 206 ini dikenal sangat berisik. Bahkan semisal kita berada dari jalur 1 dan lokomotif tersebut berada di jalur 5 pun kedengeran sangat keras. Kalau tidak salah sejak tahun 2016 sudah dikurangi tingkat suaranya sehingga sudah tidak membuat orang sekitar jadi gampang kaget (walaupun masih ada juga karena klaksonnya yang kurang berwibawa layaknya CC 201 salah satunya wkwk...).
Ketujuh, lokomotif ini menjadi yang ketiga tidak pernah diberi livery Perumka "merah-biru" dan satu-satunya untuk livery PT KAI yang lama. Kalau "si anak baru" ini dikasih baju Perumka, jadinya agak aneh aja hehe...
Kedelapan, walaupun peran "dua wajah" pada CC 206 ini berguna mempermudah masinis saat sedang melangsir sampai memindahkan posisi loko untuk perjalanan semacam arah Jember atau Banyuwangi yang melalui Kota Surabaya dan sebaliknya, kenyataannya seperti KA Wijayakusuma, KA Logawa, dan KA Sri Tanjung masih memakai lokomotif satu kabin terutama CC 201.
Kesembilan, secara tidak langsung salah satu efek hadirnya CC 206 disini beberapa kereta penumpang dapat diluncurkan dan dioperasikan lebih sering dari sebelum kehadirannya, termasuk untuk kereta tambahan. Karena tidak harus mengorbankan banyak lokomotif cadangan saat menghadapi beberapa event besar salah satunya akhir tahun dan Idul Fitri. Justru sekarang ini adalah masa dimana rangkaian kereta penumpang mengalami defisit karena secara bersamaan juga dilakukan regenerasi rangkaian yang sudah berumur
Terakhir dari segi eksterior. Awalnya seluruh lokomotif CC 206 menggunakan tralis besi untuk menghindari benturan benda luar terhadap kaca jendela lokomotif ini. Semakin sekarang, sudah mulai berkurang yang memakainya. Secara penampilan jadi lebih enak dilihat dan faktor keamanan yang membaik menjadi salah satu alasan tindakan tersebut
Sekian dari fakta-fakta lokomotif CC 206 setelah 6 tahun berkontribusi dalam mengembangkan kinerja PT KAI yang semakin membaik ini. Walaupun secara pribadi lokomotif ini berbanding terbalik dengan CC 203, tampak membosankan ketika lewat. Pada akhirnya terbiasa juga dan tidak perlu dipermasalahkan lagi, bahkan lebih terlihat mengejar fungsi daripada lokomotif yang lain terutama saat berada kecepatan maksimal. Mungkin ada informasi yang kurang, kritik dan saran, boleh banget buat berkomentar di bawah. Kita tunggu update blog ini selanjutnya
So Much Thanks and Goodbye... ;D
No comments:
Post a Comment
Minta feedbacknya dong, biar blog ini bisa berkembang dan semakin membaik ;D