Setelah sebelumnya (pada pembahasan lebar rel di Indonesia) aku melakukan riset-riset, ada satu topik yang sebenarnya sudah lumayan lama pernah dibahas sebelumnya (mungkin aja). Masih ingatkah blog ini berkembang disaat bersamaan dengan wacana2 pengembangan kereta api yang waktu itu banter dibicarakan. Salah satunya adalah reaktivasi jalur Cianjur-Padalarang.
Aku bisa dapat topik ini efek saat aku melakukan riset yang tadi sudah diceritakan. OOT, aku menemukan sejarah rel kereta api yang dulu pernah beroperasi di Pulau Jawa termasuk lintas ini yang ternyata pernah menjadi jalur utama arah Jakarta dari lintas selatan. Alasan mengapa jalur ini tidak sepopuler Padalarang-Cikampek, salah satunya dari aspek geografis yang dimana jalur Padalarang-Cikampek dominan lurus. Sedangkan Padalarang-Cianjur yang selanjutnya menuju Kota Bogor dominan dengan kelokan dan tanjakan yang cukup curam karena melalui daerah pegunungan.
Untuk pembahasan beberapa program PT KAI melakukan desentralisasi jalur kereta di lingkungan Jabodetabek, aku mulai kali ini dari part 1. Walaupun secara luas daerahnya memang tidak begitu seberapa, jalur kereta di dalam area Jabodetabek ini sudah bisa dikatakan mulai sumpek. Kemudian sampel selanjutnya yang pasti calon jalur lingkar KRL jakarta yang kedua setelah "Manggarai-Tanah Abang-Duri-Jatinegara", yaitu "Parungpanjang-Citayam-Nambo-Cikarang". Sekian intermezzo nya, saatnya kita mulai
Sejak awal pengembangan blog ini yaitu awal tahun 2014, terdapat wacana untuk menghidupkan jalur kereta api yang sebenarnya masih beroperasi tapi "nadi" dari jalur tersebut mati karena tidak ada arus lalu lintasnya. Bogor-Sukabumi menjadi langkah awal optimalisasi jalur kereta api dan mendapat feedback yang sangat positif dari masyarakat kedua kota tersebut. Karena itu reaktivasi berlanjut sampai Cianjur dan akhirnya tersisa jalur Cianjur-Padalarang yang hanya dilalui kereta inspeksi saat melakukan tinjauan jalur, terakhir kalau tidak salah malah kereta perpustakaan.
Waktu itu (masih di tahun 2014), ada wacana KA Kian Santang berupa kereta kelas ekonomi yang memanfaatkan rangkaian idle KA Kahuripan saat siang hari, dengan rute dari Kiaracondong menuju Cianjur. Setelah berbagai evaluasi, konon jalur Padalarang-Cianjur ini belum layak dioperasikan kembali dan dilalui berbagai kereta reguler.
Pertama, beberapa hari sebelum hari peluncuran terjadi tanah longsor di daerah Ciranjang. Kedua, kontur di jalur ini seperti yang dijelaskan sebelumnya, dominan terjal apalagi dari/menuju Stasiun Padalarang dengan jalur yang bisa dikategorikan "mendaki" bagi sebuah kereta api. Ketiga, bisa saja rel ini bahkan dari Stasiun Padalarang sampai Stasiun Bogor belum diperbarui/regenerasi sesuai rel pada umumnya, jadi ada kemungkinan masih menggunakan bantalan rel kayu. Hal ini bisa berpengaruh dari taspat maksimal dan juga kemampuan menahan beban dari kereta yang akan dilalui. Keempat masih dibutuhkan peninjauan secara berlanjut.
Konon pada tahun ini atau 2020 nanti, ada rumor jalur ini akan direaktivasi secara reguler. Belum pasti juga, tapi sebenarnya sejak akhir 2014 update pada jalur Bogor-Cianjur-Padalarang mulai tidak aku ikuti. Ataupun jika ada, sedikit yang membahas dan harus ditelusur lebih dalam. Didukung dengan bejibunnya proposal dan wacana pengembangan kereta beserta jalurnya yang baru terwujud sebagian saja, aku pikir lebih baik mengambil langkah wait and see saja dengan perkembangannya sekarang dan tidak berharap banyak lagi. Siapa tau menjadi kejutan yang menarik dan bisa jadi di balik layar, PT KAI sebenarnya sedang mempersiapkan proyek ini.
Jalur ini memiliki potensi yang sangat besar:
1. Sesuai judul, dapat menjadi langkah desentralisasi lalu lintas kereta api baik pada lintas "Cikampek-Padalarang" ataupun "Cikampek-Manggarai" yang sudah sangat padat.
2. Masyarakat Bogor, Depok, dan sekitarnya dapat menghemat waktu sekaligus tidak perlu menuju Jakarta saat menuju Bandung, atau bahkan bisa transit kesana untuk menuju ke daerah jawa bagian selatan lainnya termasuk Yogyakarta.
3. Berbanding lurus dengan poin sebelumnya, demand/permintaan penumpang kereta di Bandung bisa meningkat dan dapat menjadi salah satu pusat transit kereta api selanjutnya selain di Jakarta dan Surabaya.
4. Selain dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi kereta penumpang reguler, bisa digunakan untuk kegiatan kereta barang, bahkan dapat dikembangkan secara berkelanjutan menjadi jalur kereta wisata. Dimana yang menjadi nilai jualnya berupa keindahan pemandangan alam sepanjang rute Cianjur-Padalarang ini.
Sebelum postingan kali ini ditutup, konon jalur Bogor-Sukabumi siap dijadikan double track. Kabar yang sangat baik pastinya untuk mengurangi ketergantungan menggunakan kendaraan pribadi. Secara tidak langsung kalau transportasi umum di masing-masing kedua kota ini tidak didukung dengan baik, tidak banyak yang akan beralih. Karena rasanya simpel dan seamless dari keluar rumah jalan kaki untuk mencari angkutan perkotaan dan selanjutnya menaiki transportasi antar kota dan menuju kota tujuan lalu menaiki angkutan perkotaan dan sampai menuju tujuan yang diinginkan (semisal antar kota). Aku tidak bilang kalau transportasi umum di daerah tersebut buruk, lebih melihat ke bagaimana seharusnya dapat dikembangkan dalam jangka menengah dan panjang nanti.
Sudah sampai di akhir paragraf. Besok kita berlanjut ke Jalur lingkar luar KRL Jabodetabek. Terima kasih yang sudah membacanya sampai akhir. Maaf kalau ada kesalahan dan membuat kalian bosan membaca postingan kali ini karena panjang banget. Terpenting semoga bisa kalian ambil yang baik-baiknya hehe...
So Much Thanks and Goodbye... ;D
No comments:
Post a Comment
Minta feedbacknya dong, biar blog ini bisa berkembang dan semakin membaik ;D