Selamat datang semuanya dan selamat siang karena dirilis saat siang hari. Akhirnya kita kembali untuk membahas perjalanan yang sudah aku lakukan kemarin, enggak kemarin juga sih soalnya sudah hampir setahun yang lalu wkwkwk. Yaitu perjalanan perdana bersama KA Solo Ekspres dengan rute yang sama dengan KRD Prameks.
Kereta ini merupakan salah satu yang menggunakan unit kereta yang setipe dengan KA Bandara Internasional Minangkabau/BIM dan dirakit oleh PT INKA. Bisa dikatakan kereta tersebut merupakan suksesor dari kereta komuter sebelumnya seperti Banyu Biru (sudah tutup), Madiun Jaya baik non-AC (dialokasikan ke KRD Prameks) maupun AC, Blora Ekspres, sampai Jenggala. Nah, apakah kereta ini digunakan untuk menuju bandara seperti KA BIM? jawabannya iya.
Tapi berbeda cerita dengan KA BIM ini yang dimana sudah tersedia jalur sebelumnya, untuk disini masih belum. Rencana awal sebagai kereta bandara Adi Sumarmo dengan keberangkatan dari Stasiun Solo Balapan, dan karena masih dalam proses pembangunan untuk persimpangan dari lintas Solo-Semarang sampai bandara itu sendiri, berdirilah KA Solo Ekspres ini. Intinya ada 2, pertama unit tersebut tidak menganggur sebelum jalur tersebut dibuka dan juga membantu operasional KA Prameks yang selalu penuh penumpang terutama pada saat hari libur.
Pre-Trip
Dari beberapa hari sebelum peluncuran, aku jujur belum tahu ada info buat peluncuran awal KA Solo Ekspres ini. Malah temenku (yang nanti ikutan buat naik kereta ini juga) yang ajak aku ke Stasiun Purwosari buat mesen tiket ini tepat di hari pertama. Aku pikir biasa aja, tapi waktu ada teaser tersebut di ig "@keretaapikita" yang berisikan harga tiket kereta ini sebesar 0 rupiah alias gratis tis tis..., dari hari Kamis sampai Minggu, tiba-tiba aku seriusin. Kembali lagi, untuk kereta komuter aku baru inget kalau harus 3 jam sebelum berangkat untuk pemesanan tiket tersebut. Karena itu kita pulang untuk langsung menuju hari-H.
Baru inget juga kalau hari yang ditentukan tadi bertepatan dengan awal puasa. Trip yang bisa dikatakan nekat dan beresiko tinggi (nanti aku jelaskan lagi) daripada trip-trip sebelumnya, tidak lupa KA Argo Lawu yang sudah sebulan sebelum trip ini dilakukan dan termasuk paling berani.
Hari-H, Solo Balapan, dan KA Lodaya Pagi
Hari-H sudah tiba bertepatan dengan puasa Ramadhan hari pertama, hari Kamis. Saat sudah jam 6 lebih aku sampai di Stasiun Solo Balapan. Muncul lah masalah baru, seluruh kursi sudah habis. Temenku tadi yang juga baru datang di stasiun juga kebingungan. Nah, disini aku mengusulkan kalau kita akan ke Yogya terlebih dahulu dan naik dari sana karena sudah pasti tidak bisa dipesankan selain di stasiun keberangkatannya langsung.
Belum lagi keputusan ini beresiko karena seandainya saat sampai ternyata antrian untuk memesan tiket kereta ini panjang, harus bayar 2 kali perjalanan karena otomatis kehabisan tiket juga. Ditambah ini tepat hari pertama puasa yang merupakan saat2 penyesuaian kedepan. Walaupun begitu, jika pada akhirnya berhasil, kita bisa dapet pengalaman naik kereta yang baru fresh from oven selain KA Sancaka Pagi di dalam trip KA Argo Lawu kemarin yang sempet sementara dirangkaikan eksekutif 2018 (buat sekarang sudah kembali eksekutif biasa)
Saatnya kita memesan 2 tiket KRD Prameks menuju Stasiun Tugu. Keretanya dateng juga dan disini seperti biasa, kalau berangkat dari Solo Balapan pasti dapet tempat duduk. Jadi berhubung menunggu si Prameks berangkat, kita pindah menuju jalur 6 karena disana ada KA Lodaya Pagi yang juga baru sampai dari dipo. Kenapa waktu itu dipindah dari yang biasanya diparkir di jalur 5, karena sedang dipakai untuk peluncuran KA Solo Ekspres itu sendiri. Masih dalam suasana persiapan saat itu dan mulai ada beberapa orang yang menunggu saat2 peluncurannya.
Btw, mumpung ada kesempatan, kita masuk ke dalam eksekutif KA Lodaya Pagi. Apalagi karena rangkaian yang dipakai merupakan eks-Gajayana yang dimana dulu aku kepengen buat mencoba seperti apa di dalam kereta ini. Masih layak digunakan menurut pendapatku, tapi yang disayangkan belum ada perbaikan menyeluruh. Seperti waktu aku mengatur sandaran kaki/footrest, kok ada suara gesekannya... Walaupun sudah lama, semoga sekarang sudah dibenahi
Oh iya, ada beberapa momen unik selama disana. Kan seperti yang kita tahu, rangkaian eks-Gajayana ini sudah memakai pintu elektrik buat masuk ke dalam. Serius, aku yang sudah lama tahu seputar kereta buka nya harus manual dulu wkwk... Malah dikasih tahu temenku dan baru bisa masuk. Satu lagi, video dalam toiletnya kehapus dan ternyata salah pilih file hehehe...
Ternyata kita beruntung buat mengintip rangkaian eksekutif ini karena menjadi saat terakhirnya sebelum diganti dengan rangkaian stainless steel. Yang lain kepengen naik kereta dengan rangkaian eksekutif 2018 tersebut, aku malah yang lama. Karena penasaran aja perbedaannya dengan yang sekarang
Ya kita fokus ke momen pemberangkatan KA Lodaya Pagi. Disana aku ngiseng deket dengan loko yang ditarik hihihi... ngeri2 sedep. Btw ada salah satu tamu yang dimana kata temenku dia termasuk railfans yang sudah terkenal di dunia maya. Yah, aku kurang tau dan hanya sebagian saja yang aku tahu. Btw dia bersama temen/kru, sedang mengoperasikan drone miliknya buat menangkap momen keberangkatan yang kebetulan kita juga melakukannya :D. Selamat jalan KA Lodaya Pagi...
Setelah itu, kita segera kembali ke kereta Prameks, 5-10 menit kemudian langsung berangkat ke kota yang penuh kenangan menurutku. Selama perjalanan aku hanya tiduran dan fokus menunggu sampai tujuan. Karena posisi sebelum berangkat masih pake jaket, sewaktu dilepas di tengah perjalanan ternyata badan sudah keringetan banget. Padahal baru pagi hari dan puasa hari pertama, agak khawatir juga sewaktu perjalanan malah yang keduluan dehidrasinya dibanding sampai tujuan hehehe... :))
Perjuangan Mendapat Tiket
Sampailah di Stasiun Tugu, Yogyakarta. Langsung disambut impresi pribadi dengan perkembangan fisik Stasiun Tugu ini yang dimana rasanya sudah semakin membaik. Tapi keterbatasan waktu membuat kita langsung ke loket stasiun. Menurut jadwal balik ke Solo, kita menunggu selama 30 menit lebih agar bisa dapet tiket duluan. Karena siapa tahu hype-nya kereta ini rame banget, takutnya kalo santai2 malah habis duluan. Saking niatnya, penjaga loket di stasiun ini jadi kenal kita dan mendadak akrab dengan mereka. Untung disana ada AC, jadi lebih nyaman aja rasanya
30 menit kemudian langsung kita ambil pemesanan, dan kursi masih tersedia. Gaspol aja, dan alhamdulillah trip ini bisa terlaksana dan sesuai ekspektasi "ngawur" saya wkwkwk...
Hunting di Palang "Geser"
3 jam ternyata lama juga ya wkwk... Sebenarnya usulan hunting di palang geser ini termasuk dadakan dan belum sempet kita pertimbangkan sebelumnya. Singkat cerita akhirnya kita kesana dan mendapatkan hasil yang buat aku lumayan. Omong2, ada sebuah monumen loko uap di depan Stasiun Tugu yang menurutku masih penasaran dengan seri sekaligus sejarahnya, semoga bisa dtambahkan. Momen paling berkesan menurut pribadi, yaitu momen KA Argo Wilis arah Bandung yang menjadi video momen terakhir sebelum kita masuk ke Stasiun.
Waktu lewat aku langsung speechless, "bener-bener terawat banget, kok bisa sekempling ini ya" impresi pertama langsung hehe.. Bodi luar keretanya terlihat sangat bersih dibanding kereta biasanya. Sejak itu aku ada niatan ngumpulin uang lagi buat bisa mencoba kereta ini walaupun parsial, hingga ada kabar kalau ternyata KA Argo Wilis mengganti rangkaiannya menjadi berbodi stainless steel. Agak kecewa sih, bahkan sampai hari ini. Tapi sudah terlanjur dan mungkin akan aku cari alternatifnya
Btw sewaktu melintas KA Solo Ekspres dan aku ambil video, aku ngelihat ada yang nyapa aku dari dalam kereta walaupun dari isi video enggak kelihatan karena gelapnya kaca film pada jendela kereta ini. Bisa aja wkwkwk...
Oh ya, selama hunting kita bertemu temen2 baru disana. Ada yang asli Yogya, bahkan ada juga yang menjadi penumpang Solo Ekspres yang turun disini. So far, walaupun hanya 3 jam tapi aku masih kurang puas karena pada akhirnya waktu selama itu terasa sebentar. Dasar manusia wkwkwk...
Saatnya menuju ke dalam stasiun, dan waktu kedatangan masih 30 menit lagi. Waktu selama itu kita manfaatkan untuk Sholat Dzuhur. Percaya enggak percaya, Stasiun Tugu jam 12 sangat sepi. Bahkan bisa banget tiduran disana haha... Aku perhatikan charger tiap kursi agak unik, karena ada yang langsung usb ataupun colokan listrik biasa. Dan itu ditaruh di bawah kursi. Mantap lah, tidak perlu was-was kehabisan baterai. Kalau aku flashback tahun 2017 awal saat trip KA Argo Dwipangga, waktu itu masih sebatas charging area yang hanya ada di beberapa spot saja.
Persiapan Sebelum naik
Inilah saat yang ditunggu, merasakan kereta komuter baru di lintas Solo-Yogyakarta-Kutoarjo buatan PT INKA sekaligus kereta bandara pertama yang pernah aku coba. Ternyata banyak juga yang turun dibanding yang naik. Oh iya, untuk yang naik dari stasiun ini ternyata hanya kita berdua saja hehehe.....
Saat perdana memasukkan injakan pertama ke dalam kereta, rasanya langsung dingin. Aroma2 barunya masih terasa layaknya baru keluar dari pabrik. Ternyata tidak sampai 2 menit KA Solo Ekspres berangkat meninggalkan Stasiun Tugu. Selamat Jalan~
Interior Solo Ekspres
Mari kita muter-muter isi interior disini. Kalau aku sarankan, buat info lebihnya sudah banyak orang bahas di youtube buat masalah fitur secara berlanjut. Disini aku hanya memperkenalkan dan impresiku dengan fitur tersebut.
Pertama yaitu dari kursi. Ternyata armrest di pinggir kursi bisa dinaik turunkan dan menurutku simpel tapi enak dilihat. Kursi tidak setebal yang ada di dalam kereta eksekutif pada umumnya, tapi masih nyaman diduduki. Ada charger yang tidak terlihat menonjol, nice job PT INKA. Walaupun enggak ada meja buat menaruh minuman, tapi dengan ada bagian sandaran tangan di dekat jendela tidak masalah.
Tiap kursi ada semacam pegangan yang lumayan berguna. Tersedia layar monitor dan LED teks yang menampilkan stasiun pemberhentian (kalau untuk yang dilalui aku lupa ada apa enggak). Bagasi khusus tas ransel ataupun koper buat bawahnya. Sebagian kursi ada yang dibuat menghadapnya berbeda, mungkin kursi prioritas. Kemudian ada tempat khusus pengguna kursi roda di dekat pintu kereta. Sisanya sama dengan kereta komuter pada umumnya dan buat aku demen banget dengan kereta semacam ini. Untuk pemilihan warna hijau sebagai warna utama pada tema kereta bandara ini sudah sesuai dan nyaman dipandang.
Perjalanan menuju Kota Solo
Pemberhentian selanjutnya Stasiun Lempuyangan. Kalau aku perhatikan ada semacam renovasi pemanjangan peron stasiun. Jadi penasaran sekarang kayak gimana ya ? Kapan-kapan aku cek langsung. Kembali lagi, di sisi kiri kereta ada sebuah kereta yang sepertinya akan keluar dari parkiran kereta dan berdinas. Bisa saja itu KA Progo yang akan berdinas nantinya.
Setelah berhenti menaik-turunkan penumpang saatnya berangkat kembali. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan kereta penolong yang diparkir di stasiun ini. Sudah lama tidak menjumpainya, terutama dulu saat sering dirangkaikan dengan KA Argo Bromo Anggrek. Aku akhirnya dapat mengambil momen melalui monumen KRD Kuda Putih. Buat yang belum tahu, merupakan KRD pertama di Indonesia dan rasanya kita harus menghormati dengan kereta ini. Respect... ;D
Berhubung kereta komuter ini mempunyai jendela super lebar, aku langsung menikmati pemandangan di luar. Melihat gelombang kabel wesel yang terlihat seperti ombak, kayak terhipnotis aja buat dilihat. Hamparan sawah dan pedesaan dapat terlihat padahal berada diantara dua kota besar.
(Sekarang kita ambil lebih jauh. Sebenarnya agak sedikit naik untuk lantai kereta karena tepat dibawah ada boogie/roda kereta)
Oh ya, aku disini menjalankan trip bersama Dzaky, temen satu sekolah yang kebetulan juga sehobi. Btw dia juga pemenang video contest dari PT KAI dan dapet 1 tiket kereta eksekutif.
Sampailah di Kota Solo. Berhenti di Stasiun Purwosari sekitar semenitan dan kembali berangkat. Di dalam video, Flyover Manahan masih belum berbentuk dibanding sekarang. Ini membuktikan juga kalau rilisnya postingan ini super terlambat wkwk.....
Tiba di Tujuan + (Bonus) Intip Isi Skybridge
Sampailah di Stasiun Solo Balapan, ternyata ada renovasi peron di jalur 1 waktu itu. Secara otomatis pemberhentian kereta arah timur dipindahkan ke jalur 2. Kita akhirnya turun tapi belum langsung pulang karena penasaran dengan dalam skybridge. Rasanya mirip sekali dengan interior bandara yang sangat bersih, tenang, dan modern (termasuk ada eskalator otomatis dan lift) plus ada banner informasi seputar kereta dengan tarif go-show/parsial yang ternyata tadi juga ada di dalam loket Stasiun Tugu. Semoga masih berlaku
Aku baru sadar, ternyata ada pintu masuk stasiun dari dalam skybridge. Mungkin agar tidak sembarangan orang masuk ke dalam stasiun. Aku masih mikir waktu itu rasanya kok agak ribet, apalagi buat penumpang KRD Prameks yang kudu memesan tiket di loket stasiun (kalo sekarang bisa lewat online, jadi cukup scanning barcode bisa langsung masuk). Konon kalau keluar tidak bisa balik ke dalam stasiun lagi, tapi ada pendingin ruangan sepanjang jembatan keluar dari Stasiun Solo Balapan menuju Terminal Tirtonadi. Sedangkan yang kita masuki tidak ada pendingin ruangan satupun jadinya panas di dalam. Agak disayangkan aja
Disana kita foto-foto dan melihat panorama luar stasiun yang ternyata boleh juga buat menunggu kereta yang belum-belum dateng hehehe... Sebelum berada di skybridge, aku lihat sebuah rangkaian eksekutif-ekonomi stainless steel yang nantinya buat KA Senja Utama Solo. Aku sempet mengira KA Kaljiaga dari Stasiun Purwosari. Padahal sudah diperpendek sampai Solo Balapan aja. Tapi baru sadar ternyata rangkaian ekonomi yang baru keluar dari dipo tersebut untuk dinasan KA Bengawan. Btw loko yang melangsir CC 201 edisi 2004, aku kira keluaran tahun itu sepenuhnya hanya buat loko CC 204 first batch. Trip ini sepenuhnya berakhir dengan mengambil momen masuk KA Ranggajati arah Cirebon (sempet disapa sama masinis kereta ini, makasih ya... :D) dan mengambil foto KA Solo Ekspres yang berdampingan dengan KA Prameks yang baru saja tiba
Kelebihan dan kekurangan
So far kereta ini bisa dibilang dalam kelas komuter termasuk salah satu yang ternyaman, paling bersih pada seluruh interior (yaiyalah, namanya juga barang baru wkwk). Selain itu, juga sudah maju teknologinya dan tak heran posisinya berada di atas KRD Prameks. Warna tema kereta ini fresh dan segar untuk dilihat.
Kalo ditanya kekurangan, lebih ke pemberian harga tiketnya yang dimana sebagai kereta komuter agak kurang make sense. Dan aku juga sempet berharap terdapat kamar mandi, eh ternyata berbanding terbalik dengan kenyataan. Sisanya saya suka kereta ini. Semoga bisa naik KA Solo Ekspres ini lagi, sampai Kutoarjo malahan hehe... Satu lagi, sekarang sudah bisa buat menampung sepeda lipat apa engga ? Semoga beneran terwujud semisal belum
Penutup
Terima kasih yang sudah meluangkan waktunya hanya untuk membaca trip report ini, maaf buat kali ini lebih panjang dari biasanya. Semoga bisa menghibur kalian dan berniat buat melakukan trip bersama KA Solo Ekspres ini. Hutang setahun yang lalu ini akhirnya sudah terbayarkan. Karena berbagai halangan, baru sekarang bisa dipublikasikan wkwkwk.....
Kenapa saya bersegera membayar "hutang" ini? karena agar aku bisa tenang buat belajar persiapan ujian nasional sampai masuk perguruan tinggi negeri, Insya Allah. Doa dan support kalian akan saya hargai :D
So Much Thanks and Goodbye... ;D
Labelku
- Tutorial OpenBVE (9)
- Behind The Scene of My Trip (4)
- Gapeka 2019 (3)
- Fakta Kereta Api Indonesia (2)
- Readopsi (1)
- kereta api (1)
- kereta stainless steel (1)
Update Blog
Btw sekarang saya sudah tidak melanjutkan pengembangan blog ini lagi, kalo ada kesalahan ataupun janji yg tidak dapat saya penuhi, saya minta maaf ya hehe, terima kasih buat kalian
Tuesday, March 26, 2019
Saturday, March 16, 2019
Satu Hal dari Perjalanan Kereta yang Menjadi Lebih Bernilai
Selamat datang semuanya, kembali lagi membahas kereta api tapi agak berbeda dari yang sering saya bahas. Kan kita biasanya mengambil perspektif sebagai konsumen dari pengguna jasa PT KAI, kali ini sebagai penumpang yang pasti akan berbaur dengan penumpang yang lain di dalam sebuah kereta.
Semoga pengalaman ini berlaku untuk semua kelas kereta, baik eksekutif sampai ekonomi. Baik jarak jauh ataupun dekat. Dan tidak peduli siapa kalian, jadi lakukanlah yang terbaik bagi kalian
Kebanyakan perjalanan naik kereta yang sudah aku lakukan rasanya kayak membuka komunitas baru dan bisa saling berbagi pengalaman tiap orang yang masing2 berbeda dan menarik untuk mendalaminya. Tidak hanya makanan, sosial adalah salah satu kebutuhan biologis manusia yang pasti harus dipenuhi dan juga berlaku untuk skenario ini
Jujur buat sekarang aku agak tertutup (semoga besok bisa terbuka lagi buat lingkungan sekitar hihi...), jadi akhirnya aku belum bisa mengulangi pengalaman yang telah terjadi tersebut. Mungkin ada beberapa penumpang disana yang juga mengalami hal yang sama. Entah karena murni cuek, pemalu, atau hanya sekedar dilihat saja membuat orang tidak tertarik padahal bisa aja mereka orangnya asik dan pendengar sejati hehehe
Semisal ada yang pergi merantau ke Cirebon untuk mencari nafkah, atau sekeluarga menuju Yogyakarta hanya sekedar berkunjung ke rumah nenek nya, bisa saja pergi ke Bandung mengunjungi rumah mertua sang kekasih. Kita bisa dapet pelajaran hidup sekaligus hikmah dari mereka dan pada akhirnya kita pergi naik kereta api bukan sekedar menunggu tiba pada tujuan akhir, ada nilai yang bisa saja berharga yang dapat diambil bagi kita dan bermanfaat sepanjang hayat
Hal ini juga berlaku, malahan menjadi lebih bernilai lebih sewaktu kalian ada yang nanti mau mudik pulang kampung beberapa bulan kedepan. Karena bisa menjadi salah satu cara ampuh mengurangi kebosanan saat perjalanan panjang dan sumpeknya suasana dalam kereta ekonomian sekalipun menjadi seolah-olah lapang secara perasaan dan psikologis. Masih enggak mau berinteraksi sama orang lain? wkwkwk, mungkin ada yang kemampuannya terbatas, jadi bisa dimaklumi. Terpenting, lakukanlah yang terbaik :D
Btw ada dua poin yang tidak kalah perhatiannya sebelum saya tutup. Pertama, entah kenapa lingkungan antar penumpang kereta api menurutku lebih bisa terbuka dari naik bus, apalagi pesawat, walau masih dibawahnya kapal; Kedua, saat menaiki kereta kelas ekonomi, baik jarak dekat ataupun jauh, entah kenapa jauh lebih dekat keakrabannya dengan penumpang lain dibanding kelas eksekutif sepanjang aku menaiki kereta api. Semoga enggak berlaku sepenuhnya hehe...
Ya jadi kurang sampai disini dulu. Apabila ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan, saya mohon maafnya. Kita tunggu pembahasan selanjutnya
So Much Thanks and Goodbye... ;D
Semoga pengalaman ini berlaku untuk semua kelas kereta, baik eksekutif sampai ekonomi. Baik jarak jauh ataupun dekat. Dan tidak peduli siapa kalian, jadi lakukanlah yang terbaik bagi kalian
Kebanyakan perjalanan naik kereta yang sudah aku lakukan rasanya kayak membuka komunitas baru dan bisa saling berbagi pengalaman tiap orang yang masing2 berbeda dan menarik untuk mendalaminya. Tidak hanya makanan, sosial adalah salah satu kebutuhan biologis manusia yang pasti harus dipenuhi dan juga berlaku untuk skenario ini
Jujur buat sekarang aku agak tertutup (semoga besok bisa terbuka lagi buat lingkungan sekitar hihi...), jadi akhirnya aku belum bisa mengulangi pengalaman yang telah terjadi tersebut. Mungkin ada beberapa penumpang disana yang juga mengalami hal yang sama. Entah karena murni cuek, pemalu, atau hanya sekedar dilihat saja membuat orang tidak tertarik padahal bisa aja mereka orangnya asik dan pendengar sejati hehehe
Semisal ada yang pergi merantau ke Cirebon untuk mencari nafkah, atau sekeluarga menuju Yogyakarta hanya sekedar berkunjung ke rumah nenek nya, bisa saja pergi ke Bandung mengunjungi rumah mertua sang kekasih. Kita bisa dapet pelajaran hidup sekaligus hikmah dari mereka dan pada akhirnya kita pergi naik kereta api bukan sekedar menunggu tiba pada tujuan akhir, ada nilai yang bisa saja berharga yang dapat diambil bagi kita dan bermanfaat sepanjang hayat
Hal ini juga berlaku, malahan menjadi lebih bernilai lebih sewaktu kalian ada yang nanti mau mudik pulang kampung beberapa bulan kedepan. Karena bisa menjadi salah satu cara ampuh mengurangi kebosanan saat perjalanan panjang dan sumpeknya suasana dalam kereta ekonomian sekalipun menjadi seolah-olah lapang secara perasaan dan psikologis. Masih enggak mau berinteraksi sama orang lain? wkwkwk, mungkin ada yang kemampuannya terbatas, jadi bisa dimaklumi. Terpenting, lakukanlah yang terbaik :D
Btw ada dua poin yang tidak kalah perhatiannya sebelum saya tutup. Pertama, entah kenapa lingkungan antar penumpang kereta api menurutku lebih bisa terbuka dari naik bus, apalagi pesawat, walau masih dibawahnya kapal; Kedua, saat menaiki kereta kelas ekonomi, baik jarak dekat ataupun jauh, entah kenapa jauh lebih dekat keakrabannya dengan penumpang lain dibanding kelas eksekutif sepanjang aku menaiki kereta api. Semoga enggak berlaku sepenuhnya hehe...
Ya jadi kurang sampai disini dulu. Apabila ada kesalahan dari apa yang saya sampaikan, saya mohon maafnya. Kita tunggu pembahasan selanjutnya
So Much Thanks and Goodbye... ;D
Subscribe to:
Posts (Atom)