Update Blog

Btw sekarang saya sudah tidak melanjutkan pengembangan blog ini lagi, kalo ada kesalahan ataupun janji yg tidak dapat saya penuhi, saya minta maaf ya hehe, terima kasih buat kalian

Monday, August 13, 2018

Behind The Scene Of Me #4 (Bertahan Hidup Ala Penumpang Bus AKAP- Agra Mas SDD)

Selamat datang kembali, apa kabar kalian sekarang ? semoga baik-baik saja disini. Kembali lagi untuk membahas trip report dengan nama seri "Behind The Scene Of Me". Sesuai janji saatnya aku menjelaskan apa saja yang aku lakukan saat perjalanan dengan bus Agra Mas tipe Double Decker serta beberapa opini pribadi yang akan disertakan tiap postingan seri ini.

Seperti yang dijelaskan di part 3 kemarin yaitu KA Argo Lawu, selama 8 hari aku berada di Kota Depok sekedar menikmati liburan karena 2017 kemarin aku tidak dapat berkesempatan untuk pergi kesana. Pertengahan liburan tersebut, aku riset-riset buat apa saja yang aku butuhkan untuk pemesanan tiket bus dari agen yang tersedia, no telepon, dan komunikasi dengan agen Agra Mas yang sesuai rencana naik di Agen Simpangan Depok.

Untuk tahun 2018 mulai banyak kemudahan untuk memesan tiket dari pemesanan online, ataupun bisa menerima transfer untuk agen bus dsb, skenario untuk kali ini berbeda. Aku diharuskan menuju agen dan harus pesan di tempat yang menurut aku sistem ini sudah dianggap tradisional/konvensional dan masih diterapkan.

Sayang juga sih, rasanya enggak praktis. Apalagi aku juga sudah cek website dari PO bus ini belum dikembangkan secara lebih. Dengan kata lain masih berisikan deskripsi PO dan aneka model bus serta masing-masing kelas. Kalaupun belum sanggup untuk pemesanan online, minimal bisa transfer dan kebanyakan agen bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) sudah bersedia dan didukung. Tapi kembali ke website, positifnya terdapat penjelasan dasar yang menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih bus yang akan dinaiki.

Menuju hari ke-5 atau Rabu, 11 April 2018. Saatnya aku pesan tiket bus Agra Mas dengan tipe Double Decker (DD) sesuai rencana sebelum ke Depok. Akhirnya berhasil mendapat bagian kursi "kokpit" bus/di barisan terdepan, dan dibayarkan oleh tante aku. Niat awalnya aku bayar sendiri aja dan untuk tarifnya sekitar Rp 210.000. Untuk rencana waktu berangkat, awalnya aku mau pulang di hari Sabtu untuk penyesuaian saat sudah pulang nanti, tapi karena hal-hal semacamnya diundurlah menjadi Hari Minggu.

Terbatasnya penyimpanan yang bersamaan video trip KA Argo Lawu kemarin sudah disimpan terlalu besar menjadi alasan aku tidak membuat versi video trip ini. Sebagai gantinya, aku kumpulkan banyak sekali foto-foto selama perjalanan, lebih tepatnya saat siang hari. Karena malam hari sangat terbatas untuk mengambil foto di malam hari pada bagian yang tepat, apalagi kalau dibuatkan videonya

Bersamaan ada salah satu hambatan saat perjalanan yaitu aku memindahkan kartu sim ke hp lamaku karena lebih jarang megangnya, hp yang satunya langsung berubah waktu ke default sistem (1 Januari 1970) dan sebagian foto yang ditampilkan ini nanti tertulis tanggal tadi. Untuk penanganannya, saat sudah di mode hotspot, tanggal di hp yang baru dipakai 2 bulan ini kembali normal. Aku tanyakan sama temenku, hal tersebut memang wajar.

Karena hari pulangnya diundur, hari Sabtu aku agendakan dengan jalan-jalan memutari Kota Jakarta bersama bus Transjakarta. Kegiatan ini sepenuhnya mendadak dan murni di luar rencana, tapi setidaknya sudah riset. Tujuan pertamaku menuju Stasiun Jakarta Kota buat isi top-up saat naik bus, turun di daerah Semanggi dan transit menuju Mall Central Park. Sampai disana langsung muter-muter seisi mall dan sempat ke Neo Soho yang tidak jauh dari mall ini. Nekat lanjut menuju Terminal Pinang Ranti, transit ke halte UKI, lanjut sampai Tanjung Priok, menuju Stasiun Kota naik KRL dan pulang dengan keadaan sangat capek.

Sebelum pulang aku sempatkan mencoba sate padang yang entah kemahalan atau memang harganya segitu yaitu 20.000 rupiah seporsi. Kok kepikiran buat coba sate padang ? Kembali ke Stasiun Tanjung Priok. Di depan area stasiun ada banyak pkl yang menjualkan beraneka macam makanan termasuk sate padang yang sudah habis duluan. Kayaknya terlalu singkat untuk diceritakan, aku buatkan part khusus sebagai info tambahan ini (part 4A rencananya). Karena di dalam postingan ini aku akan menjelaskan sepenuhnya pengalaman perjalanan pada hari esoknya yaitu pulang dengan bus tingkat dari Agra Mas.

Paginya aku malah diajak ke Mall "Depok Town Square" (Detos), karena sepupu kecilku malah main sama temennya. Sampai waktu dzuhur belum juga selesai. Singkat cerita langsung aja berangkat ke agen naik grab dalam kondisi sangat mepet. Beruntungnya sampai sana sangat pas. Disana tidak sengaja ada rombongan motor yang salah satunya ada yang bawa motor italy, Ducati Multistrada sama Diavel (disini jarang nemu dan yup, aku juga seneng mengikuti dunia permotoran).

Sayang tidak sempat difoto karena harus terburu-buru menuju agen yang harus menyabrang jalan. Yang buat gemes selama perjalanan, drivernya terlalu santai dan tengah jalan aku suruh jalan lebih cepat baru bisa kekejar. Andai aku tidak lakukan hal seperti itu, kemungkinan harapan terakhirku pulang ke rumah kerabatku lagi.

Saat-saat masuk di agennya, bus yang aku tumpangi sudah berada di posisi sebelum persimpangan dan masih sedikit menunggu karena area ini hingga sekarang masih menjadi titik kemacetan terutama karena angkot. Bukti pembayaran tiket yang diberikan saat pemesanan kemarin diantar ke petugas sana dan menukarkannya dengan tiket bus yang asli.

Jadi waktu itu aku ambil kursi bagian 1D yang dekat dengan jendela samping bus dan kesalahannya aku harusnya ambil bagian C atau B buat bisa mondar-mandir dalam bus. Barang bawaan harus dibawa ke lantai atas sementara sebelum menuju Terminal Pulogebang. Saking berjuangnya, waktu pertama aku duduk di kursi sudah capek duluan, padahal belum di tengah perjalanan. Hanya 5 menit saja bus ini langsung berangkat dan kemungkinan sudah terlambat dari jadwal awal. Selamat tinggal Kota Depok...


Perjalanan Setelah Depok

Sebenarnya ketertarikan aku buat naik bus tingkat bukan tertuju dari bus ini, melainkan dari PO Putera Mulya. Tapi penataan waktuku yang diluar rencana menuju mall Detos tadi, seharusnya bisa saja naik bus Putera Mulya ini dari terminal Poris via KRL. Karena awal dari rencana kerabatku sekalian antar menuju agen, ternyata tidak jadi. Sudah terlanjur intinya. Saat beberapa minggu setelah perjalanan ini, ternyata aku baru inget ada yang keberangkatannya dari Bogor yang dimana otomatis melewati kota Depok, tapi tujuan akhirnya menuju Yogya (Brambanan). Mungkin semisal bisa tukar bus, aku mending pilih opsi ini tapi aku baru kepikiran sekarang, hadeuhhh......

Bus ini seperti bus-bus pada umumnya mampir ke agen-agen yang sudah pasti untuk mengangkut penumpang. Sepanjang perjalanan, keadaan cuaca mendung dan bahkan sempat hujan. Selama itu juga, aku menyempatkan berfoto apalagi saat siang hari yang masih kelihatan panoramanya. Aku tidak melanjutkannya saat malam hari karena terbatasnya ruang memori yang pasti, dan juga hpku kurang mumpuni untuk memfoto dalam keadaan malam

















Sebelum masuk ke jalan tol, berhenti sejenak di agen Kampung Rambutan.






















Saat di tengah perjalanan mampir juga ke agen bus yang dimana harus keluar dari jalan tol daerah Bambu Apus (kalo nama agennya sendiri kurang tahu ya), dan baru deh setelahnya langsung ke Terminal Terpadu Pulogebang.


















Ini adalah pengalaman pertamaku untuk masuk ke terminal ini tapi belum sampai keseluruhan. Berhenti lumayan lama sekitar 1 jam lebih. Selama itu, aku juga menurunkan barang bawaan ke dalam bagasi. Dari jam 1 di agen Simpangan Depok, sekitar jam 3 masih di Terminal Pulogebang.

Maklum juga menunggu penumpang di terminal yang pada 3 tahun pertama operasional ini tidak begitu ramai. Mungkin selanjutnya akan menjadi terminal yang padat terutama saat jembatan pedestrian/pejalan kaki ke Stasiun Klender sudah dibuatkan. BTW aku ketemu dengan bus Sinar Jaya double decker.






























Meninggalkan terminal Pulogebang.
















Ternyata buat masuk gerbang tol, bus ini masih muat lho... (padahal sudah dulu-dulu)













Kemudian menuju pemberhentian terakhir, di agen Bekasi Timur. Untuk masuk jalan tol arah Cikampek butuh waktu lebih lama karena macetnya.


















Terakhir kali aku melalui jalan tol arah Cikampek ini sekitar akhir Desember tahun 2016 saat menuju Kota Solo (berangkatnya dengan KA Jaka Tingkir) bersama kerabatku yang di Depok tadi. Tahun 2018 ini sudah "dihiasi" proyek jalan tol elevasi/layang "Jakarta-Cikampek II" yang sudah berjalan jauh, dan banyak banget tiang pemancang jalan layang berdiri tiap beberapa meter di tengah jalan.

Tidak hanya itu, di sisi kiri bus ada proyek LRT menuju Bekasi Timur. Untungnya kedua proyek tadi tidak mengganggu lalu lintas di jalan tol ini, terutama proyek jalan tol tersebut yang dimana pertama kali menggunakan teknik konstruksi "Sosrobahu".










































Seperti biasa jalanan disana ramai bahkan macet untuk bagian arah Jakarta. Keluarlah bus tingkat ini dari jalan tol untuk mengambil penumpang di agen tersebut yang sebenarnya tak jauh dari pintu tol. Pengalamanku untuk bus sejujurnya lebih sedikit dibanding naik kereta api dan juga pesawat, alhasil aku baru tahu ternyata spot hunting bismania Bekasi Timur berada di area agen bus-bus malam itu termasuk Agra Mas.

Jadi rasanya familiar saat berada di tempat ini karena sering lihat di Youtube.
Aku juga masih seneng buat melihat video trip report bus malam ataupun sekedar hasil huntingnya aja. Disana Bus Agra Mas SDD berhenti lumayan lama (tidak selama di Pulogebang intinya). Setelah itu berangkat di perjalanan panjang ini.



















Jadi bus ini muter balik di pom bensin daerah itu karena agennya berada di sebrang jalan. Ada bus Putera Mulya yang menggunakan bodi Legacy SR-2 (seri bodi favorit menurut opiniku sejak generasi pertama). Nah, yang bikin bete pada disana ada bus dibawah ini yang tiba-tiba berhenti dan saat mau berangkat. Berhentinya aja seenak punya jalan sendiri. Kalo ruginya bukan bus ini saja terutama saat-saat meninggalkan agen, tapi yang berlalu-lalang di jalan itu juga. Andaikan ada videonya, diklakson sudah isinya


Untuk jarak kaki sejujurnya lumayan ngepas. Akses ke depan harus sedikit nunduk tapi tidak masalah. Tersedia AVOD (Audio Video On Demand) yang sangat disayangkan sekali tiba-tiba isi dari film dan lagunya tidak sebanyak di video trip report bus-bus umumnya terutama untuk bus ini sendiri. Kursi "tetangga" sebaliknya, masih ada. Kalau dilihat saat baru berangkat dari Depok tadi, masih bisa terdeteksi film-filmnya (untuk musik belum sempat dicek).

Kemudian colokan USB di dekat AVOD sewaktu dipasang, tidak ada grip buat nahan input USB alias kendor. Seingetku tersedia charger di dalam bagasi bagian atas kursi, tapi karena aku butuhnya saat malam hari yang otomatis gelap menjadi susah dicari, minimal seharusnya ada lampu penanda buat charger.

Malah saat sudah di Semarang, seluruh kelistrikan di bus ini mati total terutama AVOD. Buat audio jack sama usb atau kartu memori yang disambung ke AVOD nya, malah belum sempet coba. Aku juga minta tips/pengalaman dengan bus ini dari kalian, siapa tahu ada kesalahanku saat naik bus ini. Atau bisa saja ini hanya kebetulan pada saat itu.

Seperti bus AKAP malam kebanyakan, bus ini mampir ke Rumah Makan Tamansari di rest area jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Makanan yang tersedia ada nasi putih pastinya, ada semacam sayur bihun dengan lauk ayam goreng dan krupuk. Selain ayam, kita bisa nambah sepuasnya termasuk teh. Aku ambil terlalu banyak, bersamaan harus BAB (fyi kamar mandinya banyak nyamuk) dan belum sempat sholat Maghrib di musholla sana. Sebelum berangkat, terdapat bus Putera Mulya double decker yang baru saja masuk ke rumah makan ini. Ada kok foto selama perjalanan kesana dan dus snack beserta isinya.























Sehabis Jalan Tol

Buat isi dus snack sebagiannya terdapat sebungkus kopi hitam, di tengah perjalanan lebih tepatnya saat masuk tol bagian Palimanan-Kanci, aku berniat mencoba membuat kopi hangat. Alhamdulillah berjalan sukses walaupun baru buatan pertama termasuk dalam menggunakan dispenser yang mekanismenya sedikit lebih unik dibanding yang ada di sekitar kita (tersedia cup dan gula secara cuma2).

Jadi teringet dengan tempat cangkir/cupholder di tengah armrest kursi. Tidak ada masalah untuk pegangannya karena dirasa juga sudah kenceng, tapi buat posisinya membuat kita harus sedikit berhati-hati karena aku sempat kesikut dan minumannya tumpah walaupun leganya tersisa sedikit kopinya. Aku juga lupa kalau aku tadi sudah makan banyak sampai sudah kekenyangan. Disinilah awal musibah aku terjadi.

Seperti yang aku jelaskan tadi, sehabis dari RM Tamansari ini aku sudah tidak foto-foto lagi karena diluar sudah gelap. Dari foto bus Putera Mulya SDD diatas tadi aja kelihatan hasilnya kurang bagus.

Aku sempat berharap lebih kalau perjalanannya tidak banyak melewati jalan yang bergelombang, hasilnya berbeda cerita ketika keluar dari gerbang tol Brebes Timur atau "Brexit". Aku kebetulan baru bangun pada saat itu. Goncangan langsung terasa banget saat memasuki jalur pantura.

Bersamaan dengan bus ini yang mengerem dan gasnya suka mendadak karena kebetulan ada kemacetan sebelum masuk Kota Pekalongan, rasanya aku kepengen buat mabuk. Awalnya berhasil ditahan dan bahkan aku sempat tertidur juga. Mengingat waktu itu aku mengikuti lomba fotografi dari PT KAI, aku bangun kembali dan menyelesaikan pekerjaanku tersebut mengingat sudah hari terakhir pengumpulan foto. Sempat terkendala faktor koneksi juga (tapi aku belum berhasil memenangkannya). Dan ternyata setelah itu...

Waktu memasuki daerah alas roban, akhirnya aku mabuk beneran :(. Kejadian ini mengganggu sekitar aku terutama ada bagian tas ransel penumpang sebelah yang terkena muntahan. Refleks aja aku buang di tong sampah yang kebetulan ditaruh di pinggir kursi pas dan masih beruntung bukan model keranjang. Menyesal juga aku tidak persiapan membawa kantong kresek buat jaga-jaga kalau mabuk.

Lucunya saat masuk di daerah Gringsing yang baru saja keluar dari daerah alas roban, bus ini berhenti di rumah makan milik PO Agra Mas. Artinya, bisa aja kalaupun muntahnya bisa ditahan dan dibuang di dalam toilet. Saat sudah berhenti aku keluar dari bus langsung beli air putih.

Kebetulan juga ketemu dengan pemilik tas tadi sekaligus penumpang sebelah aku. Sekalian juga buat menyampaikan pesan minta maaf. Aslinya dia tenang-tenang saja karena sampai di Kota Solo nanti bapak ini nemenin anaknya yang dapet tempat duduk di kursi belakang, tapi waktu itu agak was-was karena resletingnya belum ditutup rapat. Aku disana juga mampir ke toilet mumpung berhenti buat buang air.

Saat melanjutkan kembali perjalanan, bagian kerongkongan rasanya menjadi perih dan hingga ke rumah nanti ada rasa kaku dan beberapa hari setelah perjalanan ini, semisal mau ketawa harus dengan tenaga dalam hahaha... Kembali lagi, aku lanjutkan bobokku setelahnya. Walaupun enaknya sudah tidak ada beban di perut lagi hehe...

Bangun tidur sudah berada di Kota Semarang sekitar jam 0:30 malam, saking malamnya di
persimpangan masuk jalan tol keadaan lalu lintas sudah sepi. Saat bangun itu, semua kelistrikan mati di dalam bus terutama semacam lampu tidur, AVOD sudah bener-bener tidak bisa dihidupkan. Tapi buat CCTV masih aktif, dan itu memang sudah seharusnya.

Aku semakin tidak tenang karena saat di Semarang aku kudu siap buat komunikasi dengan bapak, tapi pas aku cek baterai hp buat hotspot tadi sudah mati. Hp satunya masih utuh tapi harus memasang kartu sim dengan memakai sim ejector. Diakali apapun tidak bisa. Aku masih inget sampai2 aku pakai gantungan korden bus yang bentuknya kayak klip kertas. Tapi karena tebel, gagal sudah aku mindah kartu sim.

Terpaksa berpasrah dan tidak ada harapan lagi waktu itu. Sebelum berlanjut tidur lagi, ada hal yang menarik yaitu adanya papan selamat datang ala Kota Salatiga yang sedikit unik (karena kalau kita cari di google maps, ada pointnya kok) dan letaknya di sisi kanan jalan tol. Keluar ke jalan biasa setelah itu dan kiranya bakalan langsung ke Terminal Tingkir, ternyata memakan waktu beberapa menit untuk sampai kesana.

Sehabis dari kota Salatiga, aku melanjutkan tidur dan tibalah di daerah Kartosuro. Berhenti sebentar karena ada penumpang yang turun disana. Sebenarnya masih ngantuk dan aku mau tidur lagi tapi rasanya sudah nanggung. Ternyata masih ada kesempatan 15 menitan buat tidur hingga akhirnya aku turun di SPBU perbatasan Solo-Sukoharjo karena dekat dengan rumahku. Alhamdulillah bapak sudah menunggu disana karena sudah janjian duluan sebelum naik bus ini semisal kalau ada miskomunikasi.

Menghabiskan 14 jam untuk perjalanan (termasuk dari Kota Depok), akhirnya sudah berada di Kota Solo. Tapi masalahnya aku belum bisa move on dari Kota Depok. 8 hari disana rasanya seperti baru kemarin dan kepengennya sih nambah 6 hari jadi 2 minggu lah. Tapi karena sudah menjadi kewajibanku sebagai pelajar ya bagaimana lagi masuk sekolah dulu, liburannya sudah selesai hehe...

Kelebihan dan Kekurangan

*Kelebihan
>Ada snack termasuk kopi, lumayan lah buat nyemil-nyemil
>Bantal dan selimut (karena bus Wonogirian tipikalnya tipis, tidak mengurangi rasa dingin dengan ampuh terutama dibanding bus Muriaan termasuk masih satu PO)
>Makanan yang bisa ambil sepuasnya (karena tidak semua PO memperbolehkannya) kecuali lauk ayam
>Terdapat Charger di bagasi atas kursi dengan minus lampu indikator (untuk mempermudah mencarinya)
>Kursi sudah nyaman dan sesuai ekspektasi, bahkan bisa mengundang keinginanku untuk tidur walaupun untuk lebar badanku lumayan ngepas

*Kekurangan
>Posisi cupholder sedikit awkward karena rawan kesikut (tapi dimaafkan karena ikatannya kencang)
>Karena footrest mepet dengan laci, terpaksa buat naik turunkan footrest
>Masih menggunakan pemesanan manual yang untuk tahun 2018 ini sudah terbilang konvensional
>AC terlalu dingin, padahal di bagian lubang AC atas kursi sudah ditutup
>AVOD dan port USB yang bermasalah
>Entah kebetulan atau sudah sering, saat di luar tol jalan busnya enggak santai
>Sedikit miskoordinasi walaupun sisanya normal" saja

Kesimpulan dan Saran

Berawal dari sombongnya aku buat naik bus ini bisa merembet-rembet ke masalah yang tidak diharapkan. Niat untuk bersiap-siap sekolah setelah turun, berakhir di kasur dan tidak masuk. Katrok juga sih naik bus, gaya-gayaan makan banyak tapi akhirnya kumat juga haha... Baru ingat juga kalau aku sudah makan banyak sebelum berangkat, lebih tepatnya saat masih di Mall Detos tadi. Dan itupun sadarnya sudah beberapa minggu setelahnya.

Tapi aku masih tidak kapok setelah hari-hari pesakitannya sudah berlalu, mengingat pengalaman pertama tadi dan juga jalan tol Trans-Jawa yang masih sebagian yang beroperasi, masih ada harapan untuk naik bus lagi. Aku lebih cocok buat naik bus yang nyaman, kalem (bukan asal gas rem yang dirasa maksa), dan pelayanannya meringankan perjalanan kita sebagai penumpang. Pengen sih naik bus dengan sasis scania yang dikenal tenang dan sunyi tapi sebelum Trans-Jawa sepenuhnya beroperasi.

Untuk hal komplain seharusnya bisa aja, bahkan sempet diusahakan dengan turun ke lantai bawah tapi pintunya tutupan rasanya enggak enak aja/merepotkan terutama saat malam. Kasih tau juga dong di kolom komentar kalau buat semacam komplain ke sopir atau kernetnya itu seharusnya bisa apa enggak menurut pengalaman kalian.

Dan satu hal yang belum aku ceritakan di atas dan melanjutkan bagian kekurangan yang kedua, ternyata kursi di belakang dan seterusnya lebih longgar untuk jarak antar kursi daripada yang sudah aku duduk ini. Bahkan ada satu baris kursi yang paling longgar untuk bus ini. Buat kenyamanan di kursi depan dari hati terdalam kurang cocok karena menu utama kursi depan adalah pemandangan jalan dari dalam bus.

Dan buat yang baru saja naik bus tingkat terutama kelas AKAP, aku sarankan buat ambil baris tengah (baris ke-2 ke belakang). Karena walaupun semisal untuk makan sampai nyemil masih aman, karena ini bus tingkat ada potensi buat mabuk. Entah dari dalam bus tingkat yang terlalu sempit dibanding bus AKAP umumnya terutama kelas SHD, ataupun ketika gas dan berhentinya selalu mendadak. Yang terpenting bisa beradaptasi ketika naik.

Overall, untuk penilaian subjektif aku kasih 6.5/10 dan bisa saja berubah ketika sudah ada perubahan dari bus ini termasuk pelayanannya.

Untuk saran dari saya sebagai penumpang bus ini :
1. Perangkat AVOD bisa dibenahi (Kalau sekarang kemungkinan sudah berubah)
2. Karena charger di bagasi tidak kelihatan, bisa ditambah semacam lampu kecil (lampu indikator) kalau ada charger yang tersedia
3. Manajemen dan koordinasi yang lebih ditingkatkan dari sebelumnya
4. (Opsional) Untuk konsumsi ditambahkan mie gelas (sebiji juga tidak apa" hehe :D)

Terima kasih yang sudah membaca postingan ini. Untuk part kali ini, maaf ya kalau kepanjangan atau bahkan ada yang bosen padahal baru beberapa paragraf hehehe... Anggaplah sebagai pelajaran hidup ataupun sekedar hiburan di waktu luang. Maaf juga kalau ada kesalahan penulisan dalam postingan ini dan mohon koreksinya di komentar beserta pengalaman kalian untuk trip yang berhubungan dengan Bus Agra Mas SDD, ataupun sesama bus double decker. Atau bahkan ada yang belum pernah sama sekali ataupun sekedar beropini, silahkan kok. Share juga postingan ini semisal ada teman atau kerabat kalian yang berencana naik bus double decker terutama dari PO Agra Mas ini.

So Much Thanks and Goodbye... ;D